Presiden Jokowi ajak eksportir jajaki pasar nontradisonal di Asia dan Afrika

Upaya ini dilakukan sebagai langkah untuk menekan defisit neraca perdagangan dan defisit transaksi berjalan

Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (17/10/2018). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia surplus US$ 230 juta secara bulanan pada September 2018 yang disebabkan jumlah ekspor lebih besar dibanding impor, dimana ekspor tercatat di angka US$ 14,83 miliar dan impor di angka US$ 14,60 miliar. ANTARA FOTO

Di tengah perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok, Presiden Joko Widodo mengajak masyarakat terutama para eksportir untuk melihatnya sebagai peluang. Caranya, dengan masuk ke pasar-pasar yang ditinggalkan atau tak tergarap oleh negara-negara yang terlibat dalam perang dagang tersebut. Saslah satunya pasar non-tradisonal.

“Ada kesulitan, tapi dalam kesulitan itu ada peluang,” kata Presiden Jokowi di Indonesia Convention Exhibition Bumi Serpong Damai (ICE BSD), Tangerang, Rabu (24/10). 

Dalam ajakannya, Presiden Jokowi menyarankan para eksportir untuk melebarkan sayap ke wilayah Asia Selatan dan Afrika. Hal ini perlu dilakukan sebagai upaya untuk menekan defisit neraca perdagangan dan defisit transaksi berjalan (CAD). 

“Saya ingin Indonesian Trade Promotion Center (ITPC), para duta besar, konsulat jenderal, semuanya untuk bekerja keras meraih pasar-pasar nontradisional,” ujarnya.

Selain Asia Selatan dan Afrika, Jokowi juga mengajak eksportir berpenetrasi ke negara-negara seperti Turki, Rusia, Pakistan, dan kawasan Timur Tengah. Negara-negara tersebut, menurut Jokowi, memiliki peluang besar yang belum menjadi fokus. Karena itu, dia berharap hal tersebut mulai diperhatikan, sehingga dapat menunjang ekspor agar tercipta surplus neraca perdagangan.