Seruan boikot produk Prancis dan bagaimana konsumen bereaksi

Segmen konsumen di Indonesia didominasi kalangan rasionalis dan universalis.

Ilustrasi Alinea.id/Bagus Prio.

Seruan boikot produk Prancis belakangan menyeruak di tengah masyarakat global. Berbagai negara terutama negara Muslim, turun tangan mencanangkan aksi protes. Sebut saja Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Irak, hingga Bangladesh. 

Situasi ini, dipicu oleh pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang dianggap telah menghina Islam. Macron mengeluarkan pernyataan kontroversial terkait kasus pembunuhan seorang guru di Paris, Samuel Paty pada 21 Oktober 2020 kemarin. Dia menyinggung bahwa pembunuhan Paty dilakukan oleh Islamis yang menginginkan masa depan negaranya. 

"(Samuel Paty) dibunuh karena para Islamis menginginkan masa depan kita. Mereka tahu bahwa dengan adanya pahlawan dalam kesunyian (seperti Paty), mereka tidak akan pernah dapat memilikinya,” ucap Macron, seperti dilaporkan Reuters.  

Melansir Al Jazeera, Macron pun berkeinginan untuk mempertahankan nilai-nilai sekuler  dari kelompok ekstrem Islam yang disebutnya sebagai "radikalisme Islamis".

Gelombang protes pun melanda dunia. Sebagai salah satu negara berpenduduk muslim terbesar, Indonesia pun juga tak luput dalam pergolakkan tersebut. Majelis Ulama Indonesia (MUI) bahkan telah ikut menyerukan boikot terhadap semua produk Prancis hingga Macron minta maaf kepada umat Islam di seluruh dunia.