Sinergi RI-Jepang soal teknologi CCUS akan membebani masyarakat

Indonesia memutuskan menerapkan teknologi CCUS dalam merealisasikan transisi energi.

Ilustrasi PLTU. Pixabay

Teknologi carbon, capture, utilization, and storage (CCUS) terus didorong pengembangannya dalam rangka merealisasikan transisi energi. Melalui teknologi ini, pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) akan tetap bisa operasi karena emisi bisa ditekan melalui penyerapan karbon.

Ketua Umum Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI), Surya Dharma, berpandangan, yang menjadi masalah dari pemanfaatan teknologi CCUS adalah dari sisi keekonomian dan juga harga energi. Pangkalnya, jika harga batu bara di pasar terus naik ditambah ongkos teknologi yang mahal bakal membebani masyarakat.

"Jika harga batu baru berdasarkan harga pasar yang semakin melambung ditambah lagi dengan biaya CCUS, tentu saja akan sangat memberatkan bagi masyarakat," ungkapnya kepada Alinea.id, Selasa (11/1).

Menurutnya, harga batu baru akan terus meningkat di masa mendatang. Dengan demikian, pemanfaatan teknologi CCUS secara keekonomian semakin tidak masuk.

RI baru saja menjalin kerja sama transisi energi dengan Jepang. Kemitraan tersebut ditandai dengan penandatanganan (memorandum of cooperation/MoC) tentang "Realization of Energy Transitions" bersama Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri (METI) Jepang, Hagiuda Koichi.