Di balik viralnya tumbler "Stanley" dan upaya mengurangi emisi gas rumah kaca

Tumbler Stanley seharga US$45 menjadi alternatif yang populer menggantikan botol air plastik.

Tumbler Stanley. Foto dokumentasi stanley1913.com.

Holli, ibu enam anak berusia 33 tahun yang merupakan bagian dari klub penggemar kecil, mulai mengoleksi tumbler “Stanley” dari tahun 2019. Produk yang terus merilis warna baru itu menarik minatnya. Holli bergabung melalui grup Facebook untuk bertukar pikiran dengan sesama penggemar.

Hingga suatu saat, rumah Holli di Arizona berisikan lebih dari 200 tumbler. Video yang menunjukkan koleksinya tersebut menjadi hit dan menyita perhatian jutaan pengguna TikTok.

Empat tahun setelahnya, minat Holli terhadap tumbler Stanley mulai surut. Produk yang dirilis semakin terbatas dan desainnya tak lagi menarik. Grup Facebook yang awalnya penuh anggota dan pasar penjualan kembali (resale) kian jenuh. Holli akhirnya mendonasikan sejumlah tumbler Stanley yang tidak terpakai kepada teman, keluarga, dan gerejanya sehingga koleksinya kini tersisa 112 buah.

"Ketika orang berbicara tentang konsumsi berlebihan...bisnis yang mendorong hal ini. Ini harus dimulai dari mereka untuk memperlambatnya," ujar Holli yang enggan menyebutkan nama belakangnya.

Mereka yang dimaksud adalah Stanley. Perusahaan di balik Quencher H20 Flowstate Tumbler, sebuah gelas logam berukuran 45 ons (1,3 liter) yang akhirnya lebih dikenal sebagai “Stanley”.