Bangladesh dihantam wabah DBD paling mematikan dalam sejarah

Badan kesehatan PBB memperingatkan pada bulan Januari bahwa penyebaran cepat demam berdarah merupakan ancaman tingkat pandemi.

Pasien demam berdarah beristirahat di sebuah rumah sakit di Dhaka, Bangladesh, Rabu. Foto Mohammad Ponir Hossain-Reuters

Wabah demam berdarah terburuk di Bangladesh telah menewaskan lebih dari 300 orang tahun ini. Situasi ini membuat sistem medis negara itu kewalahan.

Penyakit yang ditularkan oleh nyamuk itu telah merenggut sedikitnya 303 nyawa dan menginfeksi hampir 63.700 orang di seluruh negara Asia Selatan itu, menurut angka terbaru pemerintah pada Sabtu (5/8). Rekor ini menjadikan tahun ini paling mematikan sejak negara itu mulai melacak wabah demam berdarah pada tahun 2000. Sebagian besar kematian berada di Dhaka, ibu kota padat penduduk Bangladesh, di mana rumah sakit semakin kesulitan untuk menampung masuknya pasien.

Raman Velayudhan, yang memimpin program Organisasi Kesehatan Dunia untuk pengendalian penyakit tropis yang terabaikan, mengatakan sekitar setengah populasi dunia sekarang berisiko terkena demam berdarah, karena iklim yang berubah dengan cepat menghasilkan cuaca yang lebih hangat dan lebih basah yang menyediakan kondisi perkembangbiakan yang ideal untuk nyamuk dan risikonya memperburuk situasi.

“Dengue adalah masalah yang sebagian besar terkait dengan perubahan iklim, dan kita perlu menemukan cara untuk mengurangi dampaknya di setiap tingkat negara,” kata Velayudhan selama webinar pekan lalu. Ia menambahkan bahwa lebih banyak wabah diperkirakan terjadi di Bangladesh dan bagian lain Asia setelah musim hujan.

Kasus yang dilaporkan ke WHO mencapai titik tertinggi sepanjang masa pada 2019, yaitu 5,2 juta di 129 negara. “Kami perkirakan 2023 juga akan menjadi tahun yang buruk seperti indikasinya,” kata Velayudhan.