sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Selain musim hujan, waspadai penularan DBD saat suhu panas

Sebaiknya tidak melakukan fogging untuk memberantas nyamuk karena dampaknya hanya sesaat.

Fatah Hidayat Sidiq
Fatah Hidayat Sidiq Selasa, 13 Jun 2023 08:46 WIB
Selain musim hujan, waspadai penularan DBD saat suhu panas

Masyarakat diimbau mewaspadai penularan demam berdarah dengue (DBD) saat suhu cuaca panas. Pangkalnya, berdasarkan hasil penelitian, nyamuk kian ganas jika berada di suhu tinggi.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Imran Pambudi, lalu mencontohkan pada kasus-kasus sejak 1968. Kala itu, terjadinya kasus DBD tinggi kala adanya El Nino. 

"Jadi, frekuensi dia menggigit itu akan meningkat 3-5 kali lipat pada saat suhunya meningkat di atas 30 derajat," ujarnya, melansir situs web Kemenkes.

Ia menerangkan, musim hujan juga perlu diwaspadai. Sebab, akan semakin banyak genangan air atau tempat berkembang biak nyamuk dengue.

Data Kemenkes pada 27 November 2022 menyebutkan, kasus DBD mulai naik setiap November, puncak kasus pada Februari, dan Maret-April mulai terjadi penurunan kasus. Siklus ini terjadi selama 10 tahun terkahir.

"Ini hubungannya dengan siklus musim hujan. Jadi, kalau musim hujan itu karena ada genangan air, maka kasusnya meningkat dan ini terjadi setiap tahun seperti ini," tuturnya.

Imran mengklaim, pemerintah memiliki strategi penanggulangan DBD dengan penguatan manajemen vektor yang efektif, aman, dan berkesinambungan. Lalu, penguatan surveilans tinggi yang komprehensif serta manajemen KLB yang responsif.

Selain itu, mendorong peningkatan partisipasi masyarakat dan institusi untuk mencegah DBD, utamanya pemberantasan sarang nyamuk. Pemberantasan sarang nyamuk dengan 3M plus, yakni menguras dan menyikat, menutup tempat penampungan air, memanfaatkan atau mendaur ulang barang bekas, serta mencegah gigitan dan perkembangbiakan dengue dengan menanam tumbuhan pengusir nyamuk.

Sponsored

Ia meminta masyarakat tidak melakukan pengasapan (fogging) untuk memberantas nyamuk karena dampaknya hanya sesaat. Namun, efeknya kadang-kadang justru merugikan kesehatan karena mencemari lingkungan dan manusia selain membuat nyamuk menjadi resisten atau kebal.

"Saat sudah sudah meminimalkan penggunaan fogging, yang harus dilakukan adalah pemberantasan sarang nyamuk yang harus dilakukan secara massal, berkesinambungan," ucapnya. "Kalau endemis, ini harus dilakukan sepanjang tahun."

Cara pencegahan lain yang bisa dilakukan melalui vaksin dengue. Strategi ini disebut salah satu intervensi yang efektif.

Hingga kini, ada 2 jenis vaksin yang sudah mempunyai izin BPOM dan beredar di pasaran, yakni Dengvaxia dan Qdenga. Kemenkes bersama Direktorat Imunisasi dan Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) akan memasukkan vaksin ini ke dalam program imunisasi dasar lengkap.

Dokter spesialis anak RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), Mulya Rahma Karyanti, menambahkan, infeksi dengue disebabkan virus dengue, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina. Ia membutuhkan darah untuk dihisap agar bisa bertelur.

"Masa inkubasi 5-10 hari, rata-rata 7 hari sejak gigitan nyamuk sampai timbul gejala. Biasanya nyamuk tersebut mengigit di saat terang mulai jam 08.00 sampai jam 10.00 pagi dan menjelang sore jam 15.00 sampai 17.00. Pada jam tersebutlah nyamuk paling aktif mengigit," tuturnya.

Ada beberapa gejala infeksi dengue yang sering terjadi. Yakni, demam mendadak tinggi selama 2-7 hari, muka memerah, sakit kepala, mual kadang muntah, sakit perut, sakit tulang, serta ngilu pada tulang sendi dan nyeri otot pada dewasa.

Kemudian, diare, bintik-bintik merah pada kulit, mimisan, gusi berdarah, muntah darah, buang air besar (BAB) berdarah. Selain itu, tangan-kaki dingin dan lembab, lemah, dan tidur terus.

Berita Lainnya
×
tekid