Dari pembunuhan hingga pelecehan, islamofobia meningkat di AS

Seldowitz kemudian mengangkat teleponnya dan tampak mengambil foto penjual tersebut, menyuruhnya untuk tersenyum.

Ilustrasi. Foto:Reuters

Sebuah kelompok hak asasi manusia yang bermarkas di Washington melaporkan peningkatan pengaduan sebesar terkait kejahatan rasial anti-Muslim di AS sebesar 216%. Angka yang belum pernah tersentuh sebelum bulan lalu. Fenomena ini erat kaitannya dengan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.

Kekerasan terbaru, yang muncul kembali setelah serangan Hamas pada 7 Oktober dan serangan Israel berikutnya di Gaza, telah menjadi katalisator meningkatnya serangan Islamofobia dan anti-Palestina.

Beberapa serangan tersebut mengakibatkan korbannya fatal atau terluka parah, termasuk pembunuhan seorang anak oleh seorang tuan tanah yang meneriakkan slogan-slogan anti-Palestina dan penembakan baru-baru ini yang melukai tiga mahasiswa Palestina. Seorang wanita Palestina juga diancam akan dipancung di metro di ibu kota AS.

Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) menerima 1.283 permintaan bantuan dan laporan bias dari 7 Oktober hingga 4 November, peningkatan sebesar 216% dalam periode rata-rata 29 hari dibandingkan tahun 2022, ketika CAIR hanya menerima 406 pengaduan.

Orang-orang yang mengajukan pengaduan mencakup beragam warga Amerika, termasuk mahasiswa sekolah negeri dan perguruan tinggi, dokter dan profesional lainnya, serta pengunjuk rasa dan masjid.