Horor di Deir Yassin dan lenyapnya tanah Palestina

Kekejian milisi Yahudi di Deir Yassin memicu gelombang eksodus warga Palestina.

Ilustrasi warga Palestina. Alinea.id/Oky Diaz

Di tengah deru suara guntur dan kilatan petir, Ghada Karmi, 9 tahun, terbangun dari tidurnya. Di kamar kecil itu, orang tua Karmi bersama para pembantu keluarga Karmi ternyata telah berkumpul. Di balik jendela, langit berwarna oranye. 

"Apakah itu matahari? Apakah sekarang sudah pagi?" tanya Karmi kepada orang tuanya seperti dikutip dari memoir "In Search of Fatima: A Palestinian Story" yang terbit pada 2009. 

Saat itu lepas tengah malam. Namun, tak ada yang menjawab pertanyaan Karmi. Bersandar pada dinding, ayah Karmi duduk dalam diam. Berimpit di sebelahnya, Fatima, pembantu keluarga Karmi. Ia terdengar tengah melafalkan ayat Al Quran. 

Karmi mendengar ibunya berbisik sebelum sebuah dentuman keras terdengar. Rumah keluarga Karmi di kawasan Qatamon, Jerusalem Barat itu bergetar. "Aku tahu aku merasa takut. Lebih takut dari apa pun sebelumnya," tutur Karmi. 

Saat matahari terbit, kabar horor itu tiba. Bom meledak di Hotel Semiramis, sebuah hotel milik warga Palestina keturunan Yunani.  Hotel itu terletak tepat di sebuah jalan di belakang kediaman keluarga Karmi. Ketika ledakan terjadi, hotel tengah terisi penuh.