Kondisi Kazakhstan setelah kerusuhan

Internet ditutup di seluruh negeri, mengganggu penambangan bitcoin di salah satu penambang crypto terbesar di dunia.

Ilustrasi. Pixabay

Kekerasan baru meletus di kota utama Kazakhstan Almaty pada Kamis (6/1), ketika Rusia mengirim pasukan terjun payung untuk memadamkan pemberontakan di salah satu sekutu Uni Soviet tersebut.

Polisi di Almaty mengatakan, mereka telah membunuh puluhan perusuh semalam hingga Kamis dini hari. Selain itu, pihak berwenang mengatakan, setidaknya 18 anggota pasukan keamanan telah tewas, termasuk dua yang ditemukan dipenggal serta lebih dari 2.000 orang ditangkap.

Reuters pada Jumat (7/1) melaporkan kediaman presiden dan kantor wali kota serta mobil-mobil telah terbakar. Personel militer telah mendapatkan kembali kendali atas bandara utama, yang sebelumnya disita oleh pengunjuk rasa. Namun, alun-alun utama Almaty diduduki secara bergantian oleh pasukan militer dan ratusan pengunjuk rasa sepanjang hari.

Wartawan Reuters mendengar ledakan dan tembakan ketika kendaraan militer dan sejumlah tentara maju, meskipun penembakan kembali berhenti di malam hari. Kantor berita Kazakhstan, TASS menuliskan, banyak orang telah tewas dalam setiap tembakan baru.

Pengiriman pasukan Rusia adalah pertaruhan bagi Ajudan Rusia Kremlin Yuri Ushakov untuk menunjukkan, bahwa kekuatan militer dapat dengan cepat mengamankan kepentingan negara tersebut di kawasan Asia Tengah di tengah situasi terburuk dalam 30 tahun pascakemerdekaan Kazakhstan.