Tahun baru, Presiden Prancis serukan respek dan persatuan

Sejak November 2018, aksi demonstrasi mewarnai seantero Prancis. Unjuk rasa bermula dari protes

Presiden Prancis Emmanuel Marcon. / elysee.fr

Dalam pidato tahun barunya, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengakui kemarahan di kalangan demonstran anti-pemerintah. Meski begitu, dia menegaskan bahwa pemerintah tidak menoleransi ujaran dan tindakan kebencian.

Berbicara dari Istana Elysee pada Senin (31/1), Macron mengatakan akan menggunakan amarah itu sebagai "pelajaran untuk tahun yang akan datang".

"Kemarahan terhadap ketidakadilan, terhadap arah globalisasi, kemarahan terhadap sistem pemerintahan yang telah menjadi terlalu kompleks dan kurang baik," tutur Macron. "Bagi saya, amarah ini berarti satu hal: kami tidak akan menyerah."

Tanpa menyebut protes rompi kuning secara langsung, Macron mencerca gerakan ekstrem dan penuh kekerasan yang mengklaim berbicara "atas nama rakyat" tetapi pada nyatanya "menyerang pejabat pemerintah, polisi, wartawan, orang Yahudi, imigran, dan homoseksual".

Sejak November 2018, protes rompi kuning telah melumpuhkan beberapa bagian Prancis ketika para demonstran bentrok dengan polisi, menghalangi jalan raya, dan membakar mobil serta barikade.