Ilmuwan yang memperkenalkan fenomena gelombang ini adalah Carl-Gustaf Rossby pada 1930-an.
Bali dilanda banjir parah dalam satu dekade terakhir. Menurut laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga Rabu (11/9) malam, sebanyak sembilan orang meninggal dunia, dua hilang, dan 620 terdampak banjir di enam kabupaten dan kota Provinsi Bali.
BNPB mengonfirmasi, sebaran wilayah terdampak banjir, antara lain Kota Denpasar, Kabupaten Jembrana, Gianyar, Klunkung, Badung, dan Tabanan. Wilayah Bali diguyur hujan deras sejak Selasa (9/9). Namun, apa yang menyebabkan banjir sangat parah?
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), dikutip dari Antara menyebut, gelombang ekuatorial Rossby sebagai pemicu hujan lebat dan banjir yang melanda Bali.
Aktivitas gelombang ekuatorial Rossby di wilayah Bali dan sekitarnya memicu peningkatan pembentukan awan konvektif, yang kerap berujung pada hujan dengan intensitas tinggi. Kondisi ini diperkuat oleh kelembapan udara yang tinggi hingga mencapai lapisan 500 milibar (mb), serta suhu muka laut di selatan Bali yang berkisar antara 28–29 derajat Celsius.
Keadaan tersebut menyebabkan udara menjadi lebih lembap dan mudah terangkat ke atmosfer, sehingga memicu terjadinya hujan lebat yang mengguyur wilayah Bali dan sekitarnya.