close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi banjir./Foto AllThingsCoastal/Pixabay.com
icon caption
Ilustrasi banjir./Foto AllThingsCoastal/Pixabay.com
Sosial dan Gaya Hidup - Banjir
Kamis, 11 September 2025 17:12

Apa itu gelombang Rossby, yang disebut memicu banjir bandang di Bali?

Ilmuwan yang memperkenalkan fenomena gelombang ini adalah Carl-Gustaf Rossby pada 1930-an.
swipe

Bali dilanda banjir parah dalam satu dekade terakhir. Menurut laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga Rabu (11/9) malam, sebanyak sembilan orang meninggal dunia, dua hilang, dan 620 terdampak banjir di enam kabupaten dan kota Provinsi Bali.

BNPB mengonfirmasi, sebaran wilayah terdampak banjir, antara lain Kota Denpasar, Kabupaten Jembrana, Gianyar, Klunkung, Badung, dan Tabanan. Wilayah Bali diguyur hujan deras sejak Selasa (9/9). Namun, apa yang menyebabkan banjir sangat parah?

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), dikutip dari Antara menyebut, gelombang ekuatorial Rossby sebagai pemicu hujan lebat dan banjir yang melanda Bali.

Aktivitas gelombang ekuatorial Rossby di wilayah Bali dan sekitarnya memicu peningkatan pembentukan awan konvektif, yang kerap berujung pada hujan dengan intensitas tinggi. Kondisi ini diperkuat oleh kelembapan udara yang tinggi hingga mencapai lapisan 500 milibar (mb), serta suhu muka laut di selatan Bali yang berkisar antara 28–29 derajat Celsius.

Keadaan tersebut menyebabkan udara menjadi lebih lembap dan mudah terangkat ke atmosfer, sehingga memicu terjadinya hujan lebat yang mengguyur wilayah Bali dan sekitarnya.

Gelombang ekuatorial Rossby, dikenal juga sebagai gelombang baroklinik, gelombang internal, atau gelombang planet. Gelombang ini terbentuk akibat gangguan pada angin zonal di permukaan Bumi. Gangguan ini umumnya dipicu oleh hembusan angin barat yang sangat kuat, yang sering kali berkaitan erat dengan fenomena Madden–Julian Oscillation (MJO).

Dalam kondisi tertentu, kecepatan angin zonal dapat mencapai lebih dari 4 m/s dan bertahan cukup lama, mulai dari 30 hingga 60 hari, bahkan bisa berlangsung selama beberapa bulan. Gelombang Rossby juga merupakan bagian dari dinamika fluida yang dapat terjadi baik di atmosfer maupun di perairan laut.

Dikutip dari situs National Oceanic and Atmospheric Administration, gelombang Rossby merupakan fenomena alam yang sebagian besar dipengaruhi rotasi Bumi. Gelombang ini berperan penting dalam memengaruhi cuaca dan iklim global.

Di lautan, gelombang hadir dalam berbagai bentuk dan ukuran. Gelombang Rossby samudera bergerak lambat dan berbeda secara mendasar dari gelombang permukaan laut yang biasa kita lihat di pantai. Tidak seperti gelombang yang pecah di tepi pantai, gelombang Rossby merupakan gerakan massa air yang sangat besar dan membentang secara horizontal ke arah barat sejauh ratusan kilometer.

Selain bergerak horizontal, gelombang Rossby juga memiliki pergerakan vertikal. Gerakan vertikal di permukaan laut relatif kecil, tetapi jauh lebih besar di termoklin, yaitu lapisan transisi antara air hangat di permukaan dan air dingin di kedalaman. Perbedaannya sangat signifikan: pergerakan vertikal di permukaan biasanya hanya sekitar 10 sentimeter, sedangkan di termoklin bisa mencapai lebih dari 91 meter untuk gelombang yang sama.

Karena pergerakan di permukaan laut sangat kecil, gelombang Rossby tidak dapat dilihat langsung oleh mata manusia. Oleh karena itu, para ilmuwan mengandalkan teknologi altimetri radar satelit untuk mendeteksi dan memantau gelombang raksasa ini.

Sementara gelombang Rossby di atmosfer terbentuk terutama akibat kondisi geografi Bumi. Gelombang Rossby membantu memindahkan panas dari daerah tropis ke kutub dan udara dingin ke daearah tropis dalam upaya mengembalikan keseimbangan atmosfer.

“Gelombang ini juga membantu menemukan aliran jet dan menandai jalur sistem tekanan rendah permukaan. Pergerakan lambat gelombang ini sering kali menghasilkan pola cuaca yang cukup panjang dan persisten,” tulis National Oceanic and Atmospheric Administration.

Selain itu, dilansir dari Antara, gelombang Rossby memiliki karakteristik, yakni bergerak relatif lambat dari barat ke timur dan memengaruhi pola hujan di kawasan ekuator. Kemudian terjadi hujan ekstrem, terutama saat kondisi kelembapan yang tinggi, sirkulasi atmosfer yang mendukung, dan suhu permukaan laut yang hangat.

Saat gelombang ini berada dalam fase aktif, pergerakan angin di lapisan bawah atmosfer menjadi labil. Sementara udara lembap yang berasal dari Samudera Hindia dan Laut Jawa, telah mengumpul di suatu kawasan. Apabila ditambah dengan suhu permukaan laut yang cukup hangat, kelembapan tinggi, serta pola sirkulasi atmosfer yang mendukung, potensi terjadinya hujan lebat akan semakin tinggi.

Ilmuwan yang memperkenalkan fenomena gelombang ini adalah Carl-Gustaf Rossby pada 1930-an. Ahli meteorologi kelahiran Swedia itu, menghabiskan masa-masa Perang Dunia II untuk melatih para ilmuwan yang bekerja bagi militer Amerika Serikat serta memberikan peringatan dini tentang perubahan iklim.

Namun, apakah banjir besar itu benar-benar hanya pengaruh dari gelombang Rossby? Media Australia The Sydney Morning Herald menyoroti kombinasi antara hujan lebat dan saluran air yang tersumbat sampah. Hal ini menyebabkan sungai dan saluran kecil menjadi aliran deras.

Ulah manusia tampaknya juga berperan. “Air tidak terserap ke tanah karena banyaknya alih fungsi lahan. Berkurangnya sawah, tegalan, atau hutan menyebabkan semua air permukaan mengalir ke sungai,” kata ahli tata ruang dari Universitas Warmadewa, Nyoman Gede Maha Putra kepada Kompas.com.

img
Fandy Hutari
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan