Aphantasia: Saat kita tak bisa memvisualisasikan cerita penuh "warna"

Sekitar 2-5% populasi manusia mengidap apanthasia.

Ilustrasi apanthasia. /Pixabay

Bayangkan kamu sedang berada di sebuah pantai sembari menikmati matahari yang sedang tenggelam. Di horizon, warna kuning keemasan mendominasi. Ada pula bauran warna merah muda di atas langit yang mulai temaram. Burung-burung terlihat beterbangan di bibir pantai.

Seberapa jelas kamu dapat memvisualisasikan narasi tersebut? Apakah detail warna dan bentuk-bentuk yang muncul dalam narasi itu bisa diingat secara menyeluruh? Apakah bayangan yang muncul di benak kamu hanya samar-samar? 

Jika kamu tidak bisa memvisualisasikan narasi itu secara utuh, kemungkinan besar kamu termasuk penderita aphantasia. Itu adalah kondisi ketika seseorang tidak mampu membayangkan atau menggambarkan suatu peristiwa atau cerita secara menyeluruh. Sekitar 2-5% manusia memiliki gangguan semacam itu. 

“Orang dengan aphantasia tidak dapat membayangkan secara mental bagaimana orang tua, teman, atau pasangan mereka terlihat saat mereka tidak bersama. Tetapi, mereka masih dapat menggambarkan karakteristik fisik orang yang mereka cintai. Informasi visual ini telah tersimpan dengan cara lain,” ujar Paolo Bartolomeo, ahli neurologis di Paris Brain Institute seperti dikutip dari Newswire. 

Apanthasia membuat kita kehilangan mind’s eye atau mata pada otak kita. Ketika kita sedang mendengarkan cerita dari seseorang, alam bawah sadar kita lazimnya akan mencoba merekonstruksi ulang cerita itu dalam bentuk visual. Namun, para pengidap apanthasia tak bisa melakukan hal itu.