Bagaimana Jepang mengembangkan arsitektur tahan gempa lebih dari satu abad?

Para pejabat Jepang, selama bertahun-tahun, juga berupaya belajar dari setiap gempa besar yang pernah dihadapi negara tersebut.

Pilar anti-gempa yang digunakan dalam desain rumah kayu tua di Miyama, prefektur Kyoto. Foto Eric Lafforgue-Art in All of Us-Corbis via Getty Images

Seluruh dunia pada pekan ini menyaksikan pemandangan gedung-gedung yang hancur menjadi puing. Bukannya pemandangan dari Gaza, di mana Palestina dibom habis zionis Israel. Tapi di prefektur Ishikawa, pantai barat Jepang, pada hari Senin (1/1) Tahun Baru. Tatkala gempa berkekuatan 7,5 skala Richter mengguncang.

Tingkat kerusakan sepenuhnya masih belum diketahui. Setidaknya 270 rumah di wilayah tersebut hancur, kata pihak berwenang. Kemungkinan angka terakhir jauh lebih tinggi.

Jumlah ini, misalnya, tidak termasuk Suzu atau Wajima, sebuah kota berpenduduk lebih dari 27.000 jiwa yang terletak hanya 32 kilometer dari pusat gempa. Petugas pemadam kebakaran mengatakan, seperti dikutip NHK, di sana sekitar 200 bangunan telah terbakar.

Rangkaian laporan ini menggambarkan tragedi yang dihadapi banyak penduduk di wilayah tersebut. Tidak ada dua peristiwa seismik yang dapat dibandingkan secara langsung. Tapi gempa dengan kekuatan serupa di wilayah lain di dunia seringkali menimbulkan kerusakan yang jauh lebih besar. Seperti gempa berkekuatan 7,6 SR yang menyebabkan runtuhnya lebih dari 30.000 bangunan di Kashmir pada tahun 2005.

Sebaliknya, Ishikawa mungkin selamat dengan mudah, menurut Robert Geller, profesor emeritus seismologi di Universitas Tokyo.