Sosial dan Gaya Hidup

Bahaya pencemaran limbah antibiotik di sungai seluruh dunia

Antibiotik amoksisilin paling banyak mencemari sungai di Indonesia.

Rabu, 14 Mei 2025 06:25

Sungai-sungai di seluruh dunia kini membawa ancaman yang tidak terlihat tetapi kuat: limbah antibiotik. Hal itu merupakan temuan dari penelitian yang dipimpin Universitas McGill di Kanada, yang terbit di jurnal PNAS Nexus baru-baru ini, bertajuk “Antibiotics in the global river system arising from human consumption”.

Studi ini adalah yang pertama kali memperkirakan skala pencemaran sungai global akibat penggunaan antibiotik oleh manusia. Para peneliti memperkirakan, setiap tahun sungai menerima 8.500 ton antibiotik—hampir sepertiga dari konsumsi manusia. Sistem air limbah, yang dirancang memurnikan, gagal mencegah residu ini menyusup ke saluran air alami. Akibatnya, jejak antibiotik tetap ada, membahayakan ekosistem perairan dan kesehatan manusia.

“Meskipun jumlah residen dari masing-masing antibiotik sangat sedikit di sebagian besar sungai, yang membuatnya sangat sulit dideteksi, paparan lingkungan yang kronis dan kumulatif terhadap zat-zat ini tetap dapat menimbulkan risiko bagi kesehatan manusia dan ekosistem perairan,” kata peneliti pascadoktoral geografi di Universitas McGill dan penulis utama studi ini, Ehalt Macedo, dikutip dari situs McGill.

Para peneliti menggunakan model global yang divalidasi oleh data lapangan dari hampir 900 lokasi sungai. Dikutip dari The Center for Infectious Disease Research and Policy (Cidrap), tim peneliti menggunakan model yang dikembangkan untuk memprediksi distribusi dan nasib polutan kimia dari pabrik pengolahan air limbah dan air limbah yang tidak diolah ke lingkungan perairan. Mereka menghitung seberapa banyak dari perkiraan konsumsi manusia tahunan dari 40 antibiotik yang paling sering digunakan berakhir di sungai dan lautan.

Berdasarkan data penjualan antibiotik global tahun 2012 hingga 2015, para peneliti memperkirakan, orang mengonsumsi sekitar 29.200 ton dari 40 antibiotik yang paling banyak digunakan setiap tahun dan meneguarlan 20.500 ton setelah metabolisme. Dari jumlah itu, sebanyak 8.500 ton dibuang ke perairan setelah pengolahan atau pelemahan alami dalam tanah, serta 3.300 ton mencapai lautan dunia atau danau lewat sungai.

Fandy Hutari Reporter
Fandy Hutari Editor

Tag Terkait

Berita Terkait