Bekerja jarak jauh ternyata berdampak buruk bagi kesehatan mental

Untuk mengatasi fenomena ini pengusaha harus memberikan dukungan kesehatan mental pribadi yang terbukti secara klinis bagi karyawan.

Ilustrasi. Pixabay

American Psychiatric Association (APA) melalui penelitian terbarunya menemukan, bekerja dengan sistem jarak jauh (remote working) memperoleh dampak yang lebih buruk daripada sistem bekerja di kantor. Kabar buruknya, tidak ada hanya ada satu di antara lima karyawan kantor di mana atasan mereka menawarkan layanan konsultasi kesehatan mental.

Menurut survei, jumlah karyawan yang mengatakan mereka dapat berbicara secara terbuka tentang kesehatan mental dengan rekan kerja (56%) dan supervisor (56%) turun dari tahun lalu (masing-masing 65% dan 62%). Hasil ini menyiratkan bahwa banyak mungkin tidak menjadi lebih baik. Karyawan berjuang untuk mendapatkan perawatan kesehatan mental, dan stigma masih menjadi masalah utama di tempat kerja.

APA melakukan survei online terhadap 1.000 pekerja jarak jauh antara 26 Maret dan 5 April 2021. Mayoritas karyawan yang bekerja dari rumah mengatakan, mereka mengalami dampak kesehatan mental negatif, termasuk isolasi, kesepian dan kesulitan untuk menjauh dari pekerjaan pada akhir hari. Sebanyak 54% karyawan melaporkan atasan mereka telah menjadi lebih akomodatif terhadap kebutuhan kesehatan mental mereka sejak awal pandemi sementara 15% mengatakan kurang dan 31% tidak tahu. Namun, hanya satu dari lima yang mengatakan atasan mereka telah menawarkan layanan kesehatan mental tambahan, turun dari 35% tahun lalu.

Ketika melihat bagaimana pengusaha memperlakukan karyawan yang mungkin memiliki masalah kesehatan mental, 28% mengatakan atasan mereka telah menjadi lebih mendukung selama pandemi; 33% mengatakan hal yang sama seperti sebelumnya; dan hanya 9% mengatakan kurang mendukung (31% tidak tahu).

"Tidak mengherankan bahwa mengingat pandemi bahwa kesehatan mental ada di pikiran masyarakat dan pengusaha," kata Presiden APA Vivian Pender. "Menjadi kekhawatiran banyak orang, terutama orang muda, tentang pembalasan stigma jika mereka mengambil cuti untuk kesehatan mental.