Filosofi di balik Partai Anjing

Kalau partai jadi aktor korupsi, negara pasang badan, dan KPK dipaksa jadi macan ompong, maka wargalah yang harus jadi anjing penjaga.

Musisi asal Malang Iksan Skuter. Gemusic

Berlambang segi lima merah dengan gambar anjing di porosnya, Partai Anjing besutan musisi asal Malang Iksan Skuter punya program kerja korupsi terang-terangan. Caranya dengan menguasai suara di Senayan, agar ongkos politik yang mahal bisa segera ditambal.

Demikian narasi besar yang diusung musisi jebolan fakultas hukum tersebut, dalam lagunya bertajuk “Partai Anjing”. Lagu ini sendiri adalah bagian kompilasi volume 1 “Frekuensi Perangkap Tikus” yang diinisiasi Indonesia Corruption Watch (ICW) pada 2013 lalu. Iksan bersama dengan sembilan musisi lain seperti Zeke Khaseli, Risky Summerbee and the Honeythief, personil Efek Rumah Kaca Adrian Yunan Faisal, menggugat kesadaran publik tentang ancaman korupsi.

Iksan di album itu tampil prima dalam balutan musik langgam country. Kendati ia tampak sederhana, menyanyi diiringi gitar warna hitam dan topi berlogo bintang merah khas revolusioner progresif Kuba Che Guevara, Iksan sukses membakar kemarahan pendengar. Suaranya serak, liriknya menggigit. Ia menyoroti laku politisi di partai politik yang menurutnya kerap mengobral janji palsu saat berada di lingkar kekuasaan.

“Jika rakyat mewakilkan suaranya kepada anggota-anggota dewan, lalu setelah mereka terpilih, mereka sebagian besar hanya mewakili diri mereka sendiri, dan golongannya. Lalu, suara rakyat diwakili oleh siapa?” ujar penggemar kopi itu, dalam beberapa kesempatan.

ICW menyebut lagu Iksan tegas, penuh aspirasi, dan sarat akan sindiran terhadap para koruptor. Pemilik nama lengkap Mohammad Iksan tersebut memang sengaja membuat lagu yang bertujuan menampar wajah koruptor. Tercipta di warung kopi, ia terinspirasi penggunaan umpatan spontan yang kerap terlontar dari publik, saat menyaksikan wakil mereka di pemerintahan terjerat korupsi.