sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Sepasang kekasih yang ‘bercinta’ di jalur musik

Romantisme pasangan kekasih tak harus disalurkan lewat sentuhan fisik. Musik ternyata membuat deretan pasangan ini jadi lebih terhubung.

Purnama Ayu Rizky
Purnama Ayu Rizky Jumat, 06 Jul 2018 17:00 WIB
Sepasang kekasih yang ‘bercinta’ di jalur musik

Memutuskan bermusik bersama sebetulnya lebih mirip menikah: menggabungkan berbagai kepala dengan visi pribadi jadi satu. Riak-riak kecil, seni berelasi, perbedaan pendapat, sudah jadi santapan sehari-hari. Jika tahan terhadap goncangan, maka musik jadi medium yang tak hanya menghubungkan, tapi juga membentuk identitas bersama. Teori ini relatif beralasan, bahkan pernah dikaji antropolog Gilbert Rouget pada 1946.

Ia meneliti soal musik di kalangan suku BaBinga, Afrika Tengah. Mereka memiliki tarian yang terelaborasi di hampir seluruh aktivitas sehari-hari, di lingkungan keluarga, dan komunitas kesukuan yang lebih besar. Jika ditemukan ada anggota suku yang kedapatan tertidur di tengah ritual menyanyi dan menari bersama, maka mereka dicap melakukan kejahatan besar.

“Jelas tak perlu dikatakan lagi bahwa untuk mereka menyanyi dan makan sama pentingnya seperti berjuang untuk tetap bisa hidup,” tulis Rouget, dilansir BBC. Oleh karena itu, ia membuat premis, musik telah membantu mendekatkan manusia dalam masyarakatnya, saat kita mulai hidup dalam kelompok yang lebih besar. Menari dan menyanyi bersama, sambungnya, membuat kelompok manusia jadi kian altruistis, dan memiliki identitas bersama yang lebih kuat.

Menurut neurosains paling canggih, ketika Anda bergerak secara sinkronis dengan orang lain, otak Anda mulai mengaburkan kesadaran akan dirinya. “Anda hampir seolah-olah melihat ke cermin: orang lain terlihat lebih menyerupai Anda, dan bahwa mereka memiliki pendapat yang sama,” ujarnya lagi.

Barangkali ini penjelasan yang tepat mengapa bermusik bersama menjadi medium yang tepat bagi sebagian orang. Di belakangan hari, bahkan musik bisa membuat orang yang menggelutinya dalam satu tim, memutuskan bersama menjadi kekasih atau suami istri. Bahkan sekali pun tercerai dari relasi di kehidupan nyata, sebagian di antaranya tetap bertahan dalam komunitas musik tersebut.

Berikut rangkuman Alinea tentang kelompok musisi baik berformat duo atau band, yang anggotanya terdiri atas sepasang kekasih.

1. Oh Wonder

Meski kerap menampik jika mereka adalah sepasang kekasih, namun kemesraan keduanya tampak di seluruh lagu duo elektronik asal Inggris ini. Oh Wonder beranggotakan Anthony West dan Josephine Vander Gucht. Duo yang bergerak nir label ini terbentuk pada September 2014. Kemudian jadi meledak ke berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia.

Sponsored

Pemilik akun Instagram @iamjosephinevg dan @antwestmusic ini mengaku meracik album dengan tangan mereka sendiri. Demikian halnya dengan cover album yang mereka sisipkan sebagai visual art dalam portal musiknya.

Usai hype di Soundcloud, mereka mengunggah video pertamanya di YouTube pada 15 Mei 2015 dengan tajuk “Livewire”, serta berhasil mengundang 14 juta penonton. Kemudian penonton terbanyak berikutnya menikmati video Oh Wonder dalam lagu “Without You”, dengan perolehan penonton 52 juta pada 2018 ini. Lagu itu sendiri menjadi loncatan keduanya dalam bermusik.

Duo yang membatasi produksi satu lagu tiap bulannya ini, kini kian mendapat tempat di blantika musik, khususnya musik-musik indie dunia. Simak lagu-lagunya yang santai, dengan lirik sederhana, tanpa berbunga-bunga. Saya merekomendasikan lagu “All We Do”, “Without You”, “Drive”, “High on Humans”, dan “Ultralive”.

2. The DØ

The DØ./ Vogue

Sensasi musik baru, juga datang dari Perancis, Eropa. Vogue menulis, duo ini terbentuk karena ‘insiden’. Olivia Merilahti, yang bermain piano sejak 9 tahun, bernyanyi, dan memetik gitar sejak usia belasan. Ia bertemu Dan Levy, pria yang sudah lama bermain saksofon dan menulis sendiri lagu-lagunya untuk pertunjukan teater. Saat dipertemukan dalam proyek yang sama, mengisi musik film Perancis “Empire of the Wolves” (2005) besutan Chris Nahon, keduanya segera memutuskan untuk membentuk duo.

Nama The DØ dipilih dengan “Ø” bukan “O”, dan diambil dari catatan pertama dari skala nada solfège. Mereka merilis tiga lagu beberapa bulan kemudian, termasuk "The Bridge Is Broken" yang dipentaskan untuk pertunjukan balet “Scène d'amour” kreasi Juha-Pekka Marsalo. Sejak itu mereka kian produktif menulis lagu-lagu untuk pertunjukan teater, tarian, atau film.

Pada 2007, mereka menggulirkan album pertama, “A Mouthful”, dengan sejumlah lagu andalan seperti "At Last", "On My Shoulders", dan "Playground Hustle". Tak lama, duo indie ini makin sering manggung di sejumlah konser. Lagu “Despair, Hangover, and Ectasy” menjadi lagu yang menurut saya paling enak didengar.

3. Endah N Resha

Ini adalah proyek musikal yang terbentuk dari akustik, gitar, bass, dan vokal. Warna yang mereka bentuk dari tiga instrument ini adalah folk, jazz, blues, rock and roll, dan ballads. Dipertemukan pada 2003 lewat band berlanggam rock and roll, mereka lantas keluar karena berbeda visi.

Endah N Resha/ Youtube

Cinta yang bersemi sejak masih dalam satu kelompok musik, membuat mereka memutuskan bermusik bersama dalam format duo. Mereka kemudian membuat lagu sendiri, dijual terbatas, dengan produksi mandiri. “When You Love Someone” menjadi lagu yang paling mencuri perhatian kala itu.

Dalam bermusik, mereka banyak mendapat inspirasi dari Cozy Street Corner, Bonita, Alanis Morisette, Norah Jones, dan Bela Fleck and The Flectones. Cirinya mudah dikenali, sederhana, namun kaya akan groove dan harmoni..

4. Jirapah

Band ini dibentuk di Brooklyn, New York, paruh akhir dekade 2000-an. Pendirinya, Ken Jenie, juga dikenal sebagai pengamat literasi musik di portal whiteboardjournal.com. Lulusan Queens College dan New York Institute of Technology ini bertemu Mar Galo, yang dikenalkan lewat seorang teman. Dikutip Vice, Mar kemudian bermain bass dan menjadi anggota pertama Jirapah (Ken dan Mar lantas berpacaran dan akhirnya menikah).

Jirapah./ Youtube

Jirapah jarang membuat lagu. Mereka tampak kurang berambisi pada karier bermusik. Ken sendiri dalam mengaku tak punya cita-cita besar, melainkan hanya ingin menggubah musik. Itu pun jika mereka sedang niat, di tengah pekerjaannya sehari-hari. Oleh karenanya, penggemar harus berpuas diri menikmati track kompilasi yang muncul sesekali dserta mini album (EP) gratis yang bisa diunduh di blog band mereka.

Mulanya Jirapah banyak terinspirasi dari band-band seperti Elefant, Interpol, dan Longwave, sebelum merambah pelbagai pengaruh dari afro-pop hingga krautrock. Sekarang, Jirapah memasukkan elemen eksperimental seperti free jazz dan noise.

Silakan simak lagu “Summer”, “Apes”, dan “Coliage” besutan mereka, yang cukup menghentak.

5. MarcoMarche

MarcoMarche/ Instagram

Duo asal Jakarta yang terbentuk di pertengahan 2013 ini terdiri dari pasangan kekasih Asterina (Vocal, Gitar dan Ukulele) serta Duta (Vocal dan Gitar). Nama MarcoMarche diambil dari nama gitar kesayangan mereka berdua, Marco adalah nama gitar Duta, sedangkan Marche adalah nama gitar Asterina.

Keromantisan mereka tak terhenti di situ. Dalam tiap karyanya, duo yang sudah merilis album bertajuk “Warm House” ini memiliki chemistry yang kuat. Musik yang solid, lagu easy listening, berbalut petikan gitar yang manis, membuat mereka laik diberi predikat pasangan romantis produktif sekaligus artistik. Anak kekinian kerap memberi diksi “artsy” dan “edgy”. Simak lagu-lagu “Puisi Pagi”, “A Song of Us”, “Senja dan Mentari”, “Buaian Dansa”.

Berita Lainnya
×
tekid