Pos pemeriksaan di pintu masuk permukiman untuk mencegah penularan Covid-19, mengingatkan tentang fungsi gardu di masa lalu.
Sejak penularan virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan Coronavirus disease 2019 (Covid-19) makin masif, warga di berbagai daerah berinisiatif menutup akses menuju permukiman mereka. Portal, tiang bambu, dan batu dijadikan sebagai penghalang keluar-masuk orang.
Di beberapa tempat, akses permukiman ada yang dibuka, tetapi berdiri pos untuk memantau orang-orang keluar-masuk. Biasanya, penjaga pos itu menyemprotkan disinfektan atau memeriksa suhu tubuh seseorang menggunakan alat pengukur suhu. Pos-pos yang didirikan sebagai tempat pemantau orang-orang ini mirip dengan gardu—rumah jaga.
Abidin Kusno, seorang profesor di Fakultas Environmental Studies di York University, Kanada, membahas dengan apik perihal sejarah gardu di Indonesia dalam bukunya, Penjaga Memori: Gardu di Perkotaan Jawa (2007).
Menurut Abidin, bangunan mirip gardu sudah ada sebelum konolialisme Eropa mencengkeram Nusantara. Ia menulis, dahulu bangunan serupa gardu bisa dijumpai di pintu masuk kediaman bangsawan. Gardu prakolonialisme merupakan perwujudan kuasa raja sebagai pusat kosmis.
"Misal, sembilan pintu gerbang Keraton Yogyakarta justru lebih mengacu pada tubuh saja, yaitu sembilan lubang ‘kosmis’ yang ada di raga sang raja, ketimbang garis wilayah kerajaannya," tulisnya.