Guruku Momster, kala ibu mendadak guru

Buku Guruku Momster setebal 150 halaman, memuat cerita-cerita saat mendampingi anak mereka sekolah di rumah.

Ilustrasi buku Guruku Momster. Foto Alinea.id/Kartika Runiasari.

Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), Belajar dari Rumah atau School From Home (SFH), apapun sebutannya, diperkirakan masih akan terus berlangsung. Ini jadi salah satu konsekuensi dari pandemi Covid-19 yang belum juga usai. Anak-anak dipaksa terus melanjutkan sekolah di rumah, berhadapan dengan orangtua—terutama ibu, yang mendadak menjadi guru mereka. 

Pada kenyataannya, proses pembelajaran di sekolah dengan orang tua selaku pengajar tak bisa seprofesional guru di sekolah. Pembelajaran tak selalu berjalan mulus. Namun, tetap ada sisi positif dan hikmah yang bisa dipetik. 

Suka duka pembelajaran di rumah ini yang memacu sepuluh ibu menerbitkan kisah PJJ dalam buku bertajuk Guruku Momster. Buku setebal 150 halaman ini memuat cerita-cerita saat mendampingi anak mereka sekolah di rumah. Sepuluh ibu ini berasal dari berbagai latar belakang berbeda. Mulai dari jurnalis, eks-jurnalis, perencana keuangan, karyawan swasta, guru TK dan SMP hingga ibu rumah tangga. Mereka, mendadak guru di hadapan sang buah hati yang kesemuanya masih bersekolah Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar. 

Hanya dalam waktu sebulan, penulisan buku dapat diselesaikan meski tanpa tatap muka. Bermodal koordinasi via WhatsApp Grup, sepuluh ibu yang berdomisili di ibukota, Bogor, Depok, Tangsel, dan Banjarmasin ini akhirnya meluncurkan buku ini pada 26 September lalu. Tepat di Hari Kontrasepsi Sedunia atau World Contraception Day (WCD).

Tidak sedikit diantara mereka yang memutuskan untuk ‘cuti’ sekolah alias membatalkan sekolah. Terutama untuk anak mereka yang usia TK. Seperti dialami Ruisa Khoiriyah, Andina Meryani, dan Fatya Alfaraby. Sebaliknya, Kartika Runiasari dan Vega Aulia memutuskan tetap menyekolahkan anaknya di TK meski menyadari pembelajaran anak TK di rumah kurang begitu efektif.