Tiap makanan meninggalkan jejak berbeda pada napas dan keringat kita—kadang menurunkan daya tarik, kadang justru meningkatkannya.
Setiap orang membawa aroma khasnya sendiri, seunik sidik jari. Gen dan hormon jadi faktor dominan pembentuk aroma. Namun, kepribadian juga turut berpengaruh, entah kita ekstrovert, dominan, atau mudah cemas. Semuanya ikut "menulis" komposisi wangi yang memancar dari kulit kita.
“Bau tubuh dibentuk oleh gen, hormon, kesehatan, dan kebersihan. Entah kita laki-laki atau perempuan, muda atau tua,” kata Craig Roberts, profesor psikologi sosial di University of Stirling, Skotlandia, seperti dikutip dari BBC Future, Senin (3/11).
Sebagian besar dari faktor itu memang di luar kendali kita. Tetapi, tidak semuanya. Salah satu pengaruh paling besar, yang bisa kita pilih setiap hari, justru datang dari makanan.
Apa yang kita makan bukan hanya menentukan aroma tubuh, tapi juga cara orang lain memersepsikannya—termasuk seberapa menarik kita di mata (dan hidung) mereka.
Di level biologis, makanan memengaruhi aroma tubuh lewat dua jalur utama: perut dan kulit. Dua ruang yang diam-diam menyimpan rahasia tentang siapa kita—dan apa yang baru saja kita makan.