Segudang efek positif dari lucid dream
Bayangkan berada di tengah sebuah mimpi—dan tahu sepenuhnya bahwa itu hanyalah mimpi. Dalam kondisi itu, sebagian orang bahkan mampu mengubah jalannya cerita, sementara yang lain memilih hanya menyaksikan, sepenuhnya sadar bahwa dunia di sekitarnya tidak nyata.
Pengalaman itu dikenal sebagai lucid dream atau mimpi sadar—keadaan di mana seseorang seolah menjadi pemeran sekaligus penonton dalam film yang sama. Dalam mimpi semacam itu, seseorang bahkan bisa “menulis ulang” mimpi buruk mereka dan mengubah akhirnya.
Sebuah riset pada 2023 menunjukkan bahwa teknik ini membantu mengurangi frekuensi mimpi buruk dan memperbaiki kualitas tidur. Tak hanya itu, penelitian lain menyebut bahwa praktik mimpi sadar dapat membantu meringankan insomnia dan menurunkan gejala kecemasan.
“Ini cara untuk menjelajahi pikiran sendiri—membuka pintu ke bagian-bagian dari diri kita yang jarang tersentuh,” kata Antonio Zadra, profesor psikologi di Universitas Montreal dan penulis buku When Brains Dream, seperti dikutip dari National Geographic, Sabtu (25/10).
Kesadaran dalam mimpi telah dikenal berabad-abad, tetapi istilah lucid dream baru diperkenalkan pada 1913 oleh psikiater Belanda Frederik Van Eeden. Eeden mendeskripsikan lucid dream berdasarkan pengalaman pribadinya sendiri.
Pada 1970–1980-an, peneliti seperti Stephen LaBerge dari Universitas Stanford membuktikan bahwa fenomena ini terjadi saat fase rapid eye movement (REM), yakni saat otak paling aktif bermimpi.
Jauh sebelum itu, tradisi Buddhisme Tibet mengenal dream yoga—praktik melatih kesadaran dalam mimpi. Bedanya, dalam dream yoga, orang sengaja melakukan teknik kontemplatif di dalam mimpi.
"Ia tahu apa yang sedang dilakukan dan mencoba hal-hal yang tak mungkin dilakukan dalam keadaan sadar,”kata Michael Sheehy, peneliti Buddhisme Tibet dari University of Virginia.
Dalam praktik itu, seseorang bisa memunculkan benda-benda aneh, mengubah lokasi mimpi, atau menukar satu objek dengan yang lain. “Setelah terbangun, orang sering merasakan kelenturan pikiran—menyadari betapa mudahnya mengubah persepsi dan membuka kemungkinan baru dalam hidup,” tambah Sheehy.
Secara neurologis, mimpi sadar masih menjadi teka-teki. Namun, ia juga bisa muncul sebagai hiburan. “Mimpi sadar seperti bentuk realitas virtual pribadi,” kata Benjamin Baird, ahli saraf kognitif dari University of Texas di Austin.
Menurut sejumlah penelitian awal, otak menunjukkan aktivitas lebih tinggi pada korteks prefrontal saat dalam kondisi lucid dream—bagian otak yang mengatur logika dan emosi—serta korteks parietal, yang memproses informasi sensorik.
Dengan alat EEG, peneliti mendapati bahwa mimpi sadar adalah “keadaan kesadaran hibrida”: perpaduan antara kondisi terjaga dan tidur REM. Menurut Baird, manfaat mimpi sadar bisa bersifat ilmiah, personal, hingga terapeutik.
“Selama ini sulit mempelajari mimpi karena kita hanya mengandalkan laporan setelah bangun,” kata Baird. “Tapi dengan teknik yang menandai kapan seseorang sadar di dalam mimpi, kita bisa menyelaraskan laporan subjektif dengan aktivitas otak secara akurat.”
Pada level pribadi, mimpi sadar bisa memperkaya kreativitas dan membantu orang memahami dirinya. Penelitian juga menemukan berlatih keterampilan motorik dalam mimpi sadar bisa meningkatkan performa nyata setelah bangun, seperti latihan mental dalam olahraga.
Secara terapeutik, mimpi sadar membantu mereka yang mengalami mimpi buruk atau insomnia. Saat seseorang sadar sedang bermimpi, ia dapat mengubah alur mimpi, menolak rasa takut, dan mengakhiri kisah buruk yang berulang. “Itu bisa menjadi pengalaman yang sangat transformatif,” kata Baird.

Bisa dipelajari
Meski sebagian orang terlahir dengan kemampuan mimpi sadar, sebagian besar bisa mempelajarinya melalui latihan. Namun, ada risiko di baliknya. Penelitian dalam Sleep Advances yang menganalisis 400 unggahan di forum mimpi sadar menemukan efek positif dan negatif.
Banyak yang merasa mimpi mereka lebih hidup dan bangun dengan perasaan segar, tetapi sebagian lain melaporkan kelumpuhan tidur, sulit membedakan mimpi dan kenyataan, serta tidur yang kurang pulih.
“Tidak semua orang ingin memiliki mimpi sadar,” kata Remington Mallett dari Center for Advanced Research in Sleep Medicine, Universitas Montreal. “Sebagian hanya ingin tidur nyenyak.”
Untuk memulainya, kemampuan mengingat mimpi adalah kunci. “Buat jurnal mimpi. Semakin sering menulis, semakin tajam ingatan terhadapnya,” saran Mallett.
Beberapa teknik populer antara lain reality testing—memeriksa secara berkala apakah kita sedang bermimpi atau tidak—serta Mnemonic Induction of Lucid Dreams (MILD), yaitu membayangkan mimpi dan menanamkan niat untuk sadar di dalamnya.
Ada juga metode wake-back-to-bed (WBTB): bangun setelah enam jam tidur, terjaga selama 30 menit, lalu tidur lagi dengan niat untuk bermimpi sadar. Atau teknik senses initiated lucid dream, yang melatih fokus pada indra setelah bangun sebentar di tengah malam.
Penelitian tahun 2023 menyebut bahwa membayangkan mimpi di siang hari menjadi teknik paling efektif. “Semua orang punya cara berbeda,” kata Baird. “Kamu bisa mencoba satu per satu, atau menggabungkannya.”
Apa pun metodenya, manfaatnya tetap sama: memberi rasa kendali atas dunia mimpi. “Karena efek mimpi sering terbawa ke dunia nyata,” ujar Mallett, “mimpi sadar bisa membantu seseorang memahami dirinya—bahkan, mungkin, mengubah hidupnya.”


