Ke Timur Haluan Menuju: Tradisi bahari di Indonesia Timur

Buku Ke Timur Haluan Menuju merupakan karya langka tentang Indonesia Timur.

Buku Ke Timur Haluan Menuju diterbitkan Yayasan Obor Indonesia dan Populi Center. Alinea.id/Daniel Prastyo.

Syahdan, sepanjang abad ke-17 hingga 18, kepulauan timur Nusantara memikat orang-orang Eropa lantaran kaya aneka rempah-rempah yang mahal dijual di pasaran Benua Biru. Segala kisah surga rempah-rempah menarik orang-orang Eropa berlayar mengarungi samudera. Daerah timur Nusantara pun terkenal dalam imajinasi kisah perjalanan pelaut Eropa dan mahakarya Georg Eberhard Rumpf berjudul Herbarium Amboinense (1741).

Ironisnya, kepulauan Indonesia Timur kembali menyita perhatian dunia pada 1999, bukan karena keindahan dan alamnya yang kaya raya, tetapi lantaran pertikaian etno-religius di Ambon.

Pembangunan

Tersebab kajian mengenai Maluku masih terbilang langka, apalagi yang berskala internasional, tak mengherankan bila wacana intoleransi konflik etnis mendominasi. Publik memandang, Maluku masih rawan konflik karena narasi intoleransi menyembul, tanpa ada perimbangan narasi sosio-ekonomi dan kultural lainnya.

Buku Ke Timur Haluan Menuju: Studi Pendahuluan tentang Integrasi Sosial, Jalur Pedagangan, Adat, dan Pemuda di Kepulauan Maluku (2019) yang diterbitkan Yayasan Obor Indonesia bekerja sama dengan Populi Center ini termasuk satu di antara karya tentang Indonesia Timur yang langka itu.