Kecemasan selama pandemi picu gejala OCD

Gangguan ini dapat bermanifestasi sebagai perilaku kompulsif dan berulang, kecemasan akibat sakit atau persebaran penyakit.

Ilustrasi. iStock

Obsessive-Compulsive Disorder (OCD) adalah sejenis gangguan mental yang mendorong perilaku berulang atau obsesi yang tidak dapat dikendalikan, serta perilaku yang bersifat kompulsif atau memaksa. Pikiran dan tindakan itu berada di luar kendali pengidap, tetapi mereka tidak berdaya untuk menghentikannya.

Contoh perilaku kompulsif adalah, mencuci tangan berlebihan ketika menyentuh sesuatu yang kotor. Kecemasan selama pandemi terbukti memicu gejala OCD, bahkan untuk yang sebelumnya tidak pernah mengidap gangguan.

Situs Time mengilustrasikan perilaku OCD ini dalam diri Rosalyn, bukan nama sebenarnya. Perempuan itu tidak tahu apa yang ingin dia lakukan dengan tiga kotak spaghetti yang baru saja dimasukkan ke keranjang belanjanya. Dia tidak menginginkannya, tetapi di sisi lain tidak apa-apa, dia harus membelinya. Tentu saja, kotak spaghetti bukan satu-satunya barang yang tidak diinginkan yang dia ambil di toko kelontong hari itu selama tahun pertama pandemi Covid-19. Rosalyn bahkan lebih sering menyerempet satu item saat dia meraih yang lain ke keranjang belanja itu pergi.

"Semua tangan saya menyentuh, saya harus membeli. Kemudian saya tidak merasa punya pilihan dan selalu meninggalkan toko dengan bawaan terlalu banyak dan orang lain tidak akan kebagian,” ujar dia kepada Time.

Rosalyn adalah salah satu dari 2,3% orang dewasa Amerika yang didiagnosis dengan gangguan obsesif-kompulsif, atau OCD, menurut National Institute of Mental Health. OCD terutama disebabkan oleh aktivitas berlebihan di amigdala, struktur di dasar otak yang memproses rasa takut, bahaya dan respons melawan atau meninggalkan.