Dalam lingkungan yang baik, sekitar satu dari 10 orang penderita asma tidak akan mengidap penyakit tersebut.
Diperkirakan asma memengaruhi 262 juta orang pada 2019 dan menyebabkan 455.000 kematian, menurut catatan World Health Organization (WHO). Asma adalah penyakit pernapasan kronis, terutama disebabkan peradangan dan penyempitan saluran udara di paru-paru. Peradangan ini dapat dipicu berbagai faktor, termasuk iritan, alergen, infeksi, dan emosi yang kuat.
Sebuah studi terbaru yang dipimpin ilmuwan dari Karolinska Institutet di Swedia, dengan beberapa institusi lainnya, diterbitkan jurnal Lancet Regional Health-Europe (Mei, 2025) berjudul “External exposome and incident asthma across the life course in 14 European cohorts: a prospective analysis within the expanse project” menemukan, kombinasi polusi udara, pembangunan perkotaan yang padat, dan terbatasnya ruang terbuka hijau meningkatkan risiko asma pada anak-anak dan orang dewasa.
Penelitian ini mencakup hampir 350.000 orang dari berbagai usia, dari 14 kelompok di tujuh negara Eropa. Informasi tentang alamat rumah masing-masing individu memungkinkan untuk menghubungkan data tentang berbagai risiko lingkungan perkotaan dengan masing-masing orang.
Paparan lingkungan yang termasuk, antara lain polusi udara, suhu luar ruangan, dan tingkat kepadatan perkotaan. Penilaian sebagian didasarkan pada citra satelit yang menunjukkan area abu-abu, hijau, atau biru, yang menunjukkan bangunan, ruang hijau, dan air.
Menukil The Conversation, asisten profesor di Institute of Environmental Medicine di Karolinska Institutet sekaligus salah satu penulis studi, Zhebin Yu dan profesor pediatri di Karolinska Institutet Erik Melen menulis, mereka pun mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat memengaruhi hasil, seperti usia, jenis kelamin, latar belakang etnis, berat badan, status sosial-ekonomi, dan apakah mereka merokok atau terpapar asap rokok.