Kopi rasa alkohol, strategi bertahan bisnis kedai kopi

Mencicip kopi dengan citra rasa beralkohol tidak lantas membuat mabuk. Sebaliknya memberikan rasa semangat peminumnya.

Mencicip kopi dengan citra rasa beralkohol tidak lantas membuat mabuk. Sebaliknya memberikan rasa semangat peminumnya./ilustrai pixabay

Hidup bersosial di perkotaan tidak lepas dengan nongkrong di kedai kopi. Kebiasaan minum kopi pun menjadi gaya hidup penduduk dengan kalangan milenial sebagai konsumen utamanya. 

Sejak matahari terbit sampai malam datang, kedai kopi seakan tidak pernah istirahat. Selalu ada kesibukan di dalamnya yang berasal dari barista, pegawai kedai hingga para pengunjung yang ingin ngopi.  
 
Misalnya saja di sebuah kedai kopi di kawasan Granad Square, Serpong, Tangerang Selatan. Kerumunan terlihat dari sekumpulan pemuda yang duduk mengitari satu meja. 

Satu-dua cangkir kopi terhidang di hadapan mereka, sesuai pesanan masing-masing. Di antara barisan cangkir kopi ada pula satu papan catur dan bidak-bidaknya turut tergelar di situ. 

Yan Dikara, pemilik kedai kopi itu bercerita awal mulanya terjun di bisnis kopi. Ia mendirikan kedai yang dinamai Kararopi pada tahun 2015. 

Kafe tersebut dikemas sebagai tempat nongkrong yang bersisian dengan kios-kios lain di sekitarnya. Pengunjung mulai memadati kedai itu pada malam hari.