Menelisik modernitas dan kecantikan perempuan era Sukarno

Majalah Puspa Wanita (1964) menggambarkan banyak perempuan yang berpakaian kebarat-baratan.

Bung Karno & Ny Fatmawati bergambar bersama ibu-ibu Perwari di ruang tamu Istana Merdeka Jakarta, paling kiri ibu Kartowijono. Foto opac.perpusnas.go.id

Mode pakaian memiliki sejarah. Mode pakaian bukan hanya terkait busana dan make up, tetapi juga tentang makna sosial dan mencerminkan kelas sosial perempuan. Lantas seperti apa perkembangan model pakaian perempuan di Indonesia, khususnya di era orde lama?

Berbagai sumber sejarah (1950-1960-an), seperti majalah Puspa Wanita (1964) menggambarkan banyak perempuan yang berpakaian kebarat-baratan.

Tetapi politik kebudayaan rezim orde lama menganggap fenomena tersebut sebagai krisis moral. Dalam pidatonya, Soekarno menggelorakan politik kebudayaan yang menciptakan konsep modernitas hingga standar kecantikan perempuan.

Misalkan saja pada buku yang berjudul Revolusi Indonesia tidak dapat berjalan tanpa wanita: Amanat Presiden Sukarno pada pembukaan Konggres ke-V Wanita Demokrat Indonesia pada 16 Juli1964.

Buku tersebut lumayan banyak menggambarkan model pakaian yang dipergunakan perempuan Indonesia pada saat itu. Sejarawan University of Michigan Charley Sullivan mencatat, setidaknya dua kali Sukarno memberikan gambaran busana perempuan Indonesia yang sedang menjadi tren.