Mereka tahu untuk membangun masa depan kopi Nagaland, kualitas harus menjadi fokus.
Dari luar, Juro Coffee House tampak seperti kafe elegan ala Eropa: langit-langit tinggi, pencahayaan lembut, dan sofa berwarna cokelat dan biru kehijauan. Namun di balik aroma seduhan yang menyenangkan, kafe di pinggir Jalan Raya Nasional India-2 ini menyimpan semangat baru: mengangkat kopi sebagai jati diri baru Nagaland.
Juro bukan sekadar tempat ngopi. Sejak Januari, kafe ini juga menjadi rumah bagi unit pemanggangan kopi pertama milik pemerintah negara bagian, menyeduh biji dari 12 distrik. Setiap cangkir yang tersaji di sini lahir dari tanah Nagaland — dari kebun langsung ke gelas.
Dulu, Nagaland lebih sering dikaitkan dengan konflik separatis bersenjata daripada kopi. Namun kini, tanah yang dulu hanya menanam padi, jeruk, dan sayuran berdaun hijau mulai menggeliat lewat perkebunan Arabika dan Robusta. Didukung oleh kebijakan baru dan semangat wirausaha muda, Nagaland memiliki sekitar 250 perkebunan kopi dengan 9.500 petani aktif.
Salah satu tokoh perubahan itu adalah Searon Yanthan, pendiri Juro. Pandemi COVID-19 memaksanya pulang ke kampung halaman, tempat ayahnya sudah lebih dulu menanam kopi. “Dulu kami mengekspor orang. Sekarang kami ingin mengekspor produk dan ide kami,” katanya.
Setelah melewati masa karantina di perkebunan, Yanthan mendirikan Lithanro Coffee pada 2021. Ia membangun hubungan langsung dengan para petani, mengedukasi mereka soal kualitas biji, dan memperkenalkan mereka pada hasil kerja keras mereka sendiri — kopi yang mereka tanam, diseduh dengan tangan.