Orang dengan Sindrom Peter Pan harus berjuang keras dengan pekerjaan

Orang-orang dengan sindrom Peter Pan lebih sering keluar dari pekerjaan karena kurang berusaha menyelesaikan tuntutan.

ilustrasi. Istimewa

Ada anggapan bahwa kedewasaan seseorang tidak ditentukan dari usianya. Gambaran ini sangat relevan dengan apa yang disebut dengan sindrom Peter Pan, sikap orang dewasa yang secara psikologis, sosial, dan seksual tidak menunjukkan kematangan. Sindrom Peter Pan pertama kali muncul dalam buku Dan Kiley pada 1983 berjudul Peter Pan Syndrome: Men Who Have Never Grown Up. Meski diidentikkan dengan pria, menurut Kiley sindrom ini bisa menjangkiti siapapun tak peduli jenis kelamin dan latar belakang budaya.

Seperti dilansir Healthline, orang yang memiliki sindrom Peter Pan identik dengan kata-kata “saya tidak bisa dewasa hari ini.” Kemudian, walaupun tidak semua ahli mengakui kondisi kesehatan mental ini, banyak orang yang sepakat bahwa pola perilaku dari pengidap Sindrom Peter Pan dapat berdampak pada kualitas hidup seseorang. Di ranah pekerjaan, Psikolog Patrick Cheatham menyatakan orang-orang yang tidak bisa tumbuh dewasa harus berjuang lebih keras dengan tuntutan pekerjaan dan pengembangan karier.

“Orang-orang dengan sindrom Peter Pan lebih sering keluar dari pekerjaan karena kurang berusaha menyelesaikan tuntutan. Kemudian setelah tidak memiliki pekerjaan, mereka juga tidak berusaha untuk mencarinya kembali,” ujar Cheatham.

Di samping itu mereka sering meninggalkan pekerjaan karena merasa bosan, terlalu banyak halangan, dan stres. Orang-orang ini juga tidak tertarik dengan promosi jabatan atau mengembangkan keterampilan bidang tertentu. Dalam beberapa kasus Sindrom Peter Pan juga bisa membuat rancangan tujuan yang tidak realistis. “Misalnya mereka yang bekerja di kantor tiba-tiba saja ingin menjadi atlet profesional atau bermimpi mendapatkan kontrak rekaman,” imbuhnya.

Sikap orang yang diindikasi mengidap Sindrom Peter Pan juga bisa dianalisis. Orang-orang ini cenderung tidak bisa diandalkan. Mereka akan mengalami gejolak emosional yang tinggi ketika menghadapi stres. Kemudian, mereka juga cenderung menyalahkan orang lain ketika ada kesalahan dan tidak memiliki minat untuk mengembangkan diri.