Sosial dan Gaya Hidup

Perlukah demam diobati?

Demam bukan sekadar gejala penyakit, melainkan mekanisme pertahanan tubuh yang telah berevolusi selama ratusan juta tahun.

Jumat, 24 Oktober 2025 15:14

Demam selalu datang tanpa diundang. Ia bisa muncul di tengah malam yang tenang, saat tubuh tiba-tiba menggigil, kepala terasa berat, dan panas merayap tanpa alasan yang jelas. Sebagian dari kita mungkin menganggapnya hal biasa—sesuatu yang akan hilang dengan obat dan istirahat. 

Namun demikian, di balik gejala sederhana itu, demam adalah mekanisme biologis yang telah menemani kehidupan selama ratusan juta tahun. Ia bukan sekadar tanda sakit, melainkan bagian dari cara tubuh bertahan, bereaksi, dan bernegosiasi dengan ancaman yang datang dari luar.

Demam kerap muncul bersama berbagai infeksi yang menyerang tubuh—virus, bakteri, hingga jamur. Sebagian besar dari kita tentu pernah merasakannya, mungkin saat terserang flu atau pilek musiman. Sepanjang sejarah, demam juga menjadi tanda penyakit yang mematikan. Begitu lekatnya fenomena ini dengan penderitaan manusia, hingga kita menamakan banyak penyakit dengan kata “fever”: scarlet fever, dengue fever, yellow fever, Lassa fever. 

Meski begitu, manusia baru benar-benar memahami bagaimana tubuh menghasilkan demam pada abad ke-20. Pertanyaannya, mengapa sebenarnya kita mengalami demam? Haruskah selalu diobati? Dan kapan gejala yang tampak sederhana ini berubah menjadi ancaman serius bagi hidup?

“Dulu orang percaya bahwa demam adalah penyakit itu sendiri. “Kini kita tahu, demam hanyalah gejala bahwa ada sesuatu lain yang terjadi di tubuh,” kata Sally Frampton, sejarawan medis dari Universitas Oxford, seperti dikutip dari BBC Future, Jumat (24/10). 

Christian D Simbolon Reporter
Christian D Simbolon Editor

Tag Terkait

Berita Terkait