Sosial dan Gaya Hidup

Ponsel, media sosial, dan empati kita

Apakah ponsel dan media sosial ikut membunuh empati seseorang?

Senin, 20 Oktober 2025 17:00

Meninggalnya seorang mahasiswa Universitas Udayana (Unud) Denpasar, Bali, Timothy Anugerah Saputra setelah terjatuh dari lantai 4 Gedung FISIP Unud pada Rabu (15/10) mengundang reaksi publik. Timothy diduga bunuh diri karena tekanan psikologis berat akibat perundungan.

Amarah publik memuncak setelah beredar tangkapan layar percakapan di sebuah grup WhatsApp yang menggambarkan korban sering dijadikan sasaran perundungan. Dalam tangkapan layar grup WhatsApp itu dan media sosial terlihat pula beberapa mahasiswa Unud justru nirempati, melecehkan kematian korban.

Lalu, apakah teknologi seperti ponsel pintar dan media sosial punya andil terhadap matinya empati beberapa mahasiswa itu?

Sosiolog di Massachusetts Institute of Technology (MIT) sekaligus penulis buku Reclaiming Conversation (2015) Sherry Turkle mengatakan, ponsel berpengaruh terhadap hubungan sosial. Dia mengatakan, percakapan langsung adalah hal paling manusiawi yang kita lakukan, sesuatu yang membaut kita benar-benar merasa menjadi manusia.

“Di sanalah empati lahir, di sanalah keintiman tumbuh—melalui kontak mata, nada suara, gerak tubuh, dan kehadiran orang lain,” kata Turkle kepada Greater Good Magazine.

Fandy Hutari Reporter
Fandy Hutari Editor

Tag Terkait

Berita Terkait