Risiko gangguan mental dari percakapan negatif di medsos

Efek negatif adiksi media sosial diilustrasikan seperti narkotika (drugs) yang menimbulkan rasa tenang dan nyaman bagi penggunanya.

Ilustrasi/Pixabay

Media sosial belakangan telah menjadi etalase bagi setiap orang untuk menampilkan citra diri. Sebagian orang menggunakan kolom dalam akun media sosial mereka sebagai tempat aktualisasi diri, seperti mengabarkan sedang di mana, melakukan apa, juga bersama siapa.

Di sisi lain, sejumlah peneliti kesehatan mental mulai mewanti-wanti risiko yang ditimbulkan dari penggunaan media sosial secara berlebihan. Gwenn Schurgin O’Keeffe dan Kathleen Clarke-Pearson pada artikel berjudul “The Impact of Social Media on Children, Adolescents, and Families” dalam jurnal The American Academy of Pediatrics (volume 127, April 2011) menguraikan beberapa risiko penggunaan media sosial.

O’Keffe dan Clarke-Pearson menyebut potensi bahaya media sosial dapat “merusak diri secara perlahan dengan cara bermain yang cantik”. Setidaknya ada tiga bahaya laten akibat kecanduan menggunakan media sosial.

Pertama, media sosial membentuk delusi atau harapan-harapan yang semu. Adiksi yang dibawa oleh kebiasaan menggunggah ataupun melihat unggahan dari warganet lain berpengaruh terhadap cara seseorang menanggapi pihak lain.

“Rasa kesepian, konsep diri yang berubah, dan respons positif atas diri orang lain berbaur dengan bahaya adiktif yang memperparah kondisi psikologis,” tulis O’Keffe dan Clarke-Pearson.