Ada kekerasan dan eksplitasi saat Dubois meneliti fosil-fosil di Trinil.
Pekan lalu, bertepatan dengan kunjungan kerja Presiden Prabowo Subianto ke Belanda, Menteri Kebudayaan Fadli Zon secara resmi menerima pengembalian koleksi Eugene Dubois, termasuk fosil manusia purba Pithecanthropus erectus—yang kini diklasifikasikan sebagai Homo erectus—dari Pemerintah Belanda. Upacara serah terima itu dilakukan di Museum Naturalis, Leiden, Belanda, pada Jumat (26/9).
Koleksi Homo erectus itu menjadi bagian dari sekitar 28.000 artefak fosil yang ditemukan paleoantropolog dan geolog Eugene Dubois di Trinil, Ngawi, Jawa Timur pada 1891-1892. Fosil “manusia Jawa” koleksi Dubois terdiri dari bagian atas tengkorak, tulang paha, dan gigi.
Dari Sumatera ke Jawa
Pengembalian fosil tersebut menyisakan sisi gelap bagaimana Eugene Dubois menemukannya. Menurut Britannica, awalnya dia seorang dosen anatomi di Universitas Amsterdam. Kegiatannya meneliti anatomi komparatif laring pada vertebrata, membuatnya tertarik pada evolusi manusia. Dia juga sempat membaca publikasi Charles Darwin, yang membuatnya terobsesi mencari missing link soal evolusi manusia lewat fosil.
Pada 1887, dia pergi ke Hindia Belanda, sebagai seorang dokter militer Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger (KNIL). Menurut publikasi yang ditulis Paul C.H. Albers, Julien Louys, dan Alexandra A.E. van der Geer berjudul “Eugene Dubois work in Sumatra”, selama dua tahun Dubois menjelajahi gua di Dataran Tinggi Padang, Sumatera Barat. Penelitiannya menyasar gua Lida Ajer, Jambu, Sibrambang, dan beberapa gua kecil.