Typo-typo itu ternyata bisa bikin stres dan merusak hubungan

Riset terbaru menunjukkan tingkat stres meningkat saat mendengarkan seseorang yang berbicara penuh kesalahan tata bahasa.

Ilustrasi salah eja atau typo. /Foto Instagram @sekilasbali

Kesalahan tata bahasa atau grammatical error tak hanya mengganggu pandangan mata saja. Sebuah riset yang dilakoni sejumlah peneliti di Inggris dan terbit di Journal of Neurolinguistics pada awal 2024 menunjukkan bahwa tubuh ternyata kita mengalami stres saat mendengar penggunaan kata-kata yang salah dalam perbincangan. 

Para peneliti--Dagmar Divjak, Hui Sun, dan Petar Milin--menggunakan metode pengukuran detak jantung (heart rate variability/HRV) untuk mengetahui tingkat stres seseorang saat mendengarkan pidato yang penuh kesalahan tata bahasa. Detak jantung yang mengindikasikan stres semakin kencang saat mendengar bagian-bagian pidato dengan kesalahan grammar yang mencolok. 

"Tingkat stres meningkat sebagai penanda adanya kesalahan tata bahasa. Itu menunjukkan respons kardiovascular saat aturan tata bahasa dilanggar... Respons kardiovascular semakin kuat saat frekuensi pelanggaran semakin intens," tulis Divjak cs. 

Dalam risetnya, para peneliti melibatkan 41 orang dewasa sebagai partistipan. Usia mereka pada kisaran 18-44 tahun. Mayoritas ialah perempuan. Tidak ada yang terdeteksi punya kesulitan belajar dan gangguan pada jantung. 

Para peneliti menyimpulkan bahwa kebanyakan orang mengasimiliasi pola penggunaan bahasa yang benar ke dalam kehidupan sehari-hari mereka. Orang-orang lazimnya berharap lawan bicara mereka menggunakan kaidah yang benar dalam berbicara dan merespons negatif saat mendengar kesalahan tata bahasa.