Mengapa koruptor mengesankan dirinya alim?

Sosiolog Universitas Nasional (Unas) Nia Elvina memandang, fenomena mendadak religius para koruptor tersebut sebatas dramaturgi.

Tersangka kasus dugaan suap seleksi pengisian jabatan di Kemenag, Romahurmuziy (tengah) bersama tersangka pemilik PT Jasa Promix Nusantara dan PT Secilia Putri, Sibron Azis (kiri) berjalan untuk menjalani pemeriksaan di Gedung KPK, Jakarta, Jumat (22/3). /Antara Foto.

Kasandra Putranto mengatakan, tersangka korupsi kerap melibatkan atribut-atribut religius untuk menimbulkan kesan bila mereka tak melakukan atau tak terlibat korupsi.

“Pencitraan gitu deh,” kata psikolog yang berpraktik di Kassandra & Associates, Jakarta Selatan ini.

Sementara itu, sosiolog Universitas Nasional (Unas) Nia Elvina memandang, fenomena mendadak religius para koruptor tersebut sebatas dramaturgi. Menurutnya, ketika tampil di depan publik, penampilan dengan simbol keagamaan bertujuan menarik simpati masyarakat.

“Atau dengan kata lain berdramaturgi bahwa mereka adalah orang yang percaya Tuhan, sehingga tidak mungkin melakukan tindakan korupsi,” ujar Nia ketika dihubungi, Selasa (2/4).