Ricuh-ricuh HMI

Pada era Reformasi, hampir setiap kongres HMI diwarnai kericuhan dan kerusuhan.

Ilustrasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Alinea.id/Fachrullah

Kericuhan mewarnai Kongres Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ke-31 di Gedung Islamic Center, Surabaya, Jawa Timur, akhir Maret lalu. Sejumlah kader mengamuk lantaran tuntutan agar seluruh ketua badan koordinasi (badko) HMI dihadirkan di arena kongres ditolak panitia kongres. 

Kecewa tak dipenuhi permintaannya, para kader HMI kemudian membanting kursi dan memecahkan kaca jendela. Setidaknya enam orang kader HMI yang diduga sebagai perusuh langsung ditangkap polisi setelah peristiwa itu. 

Itu bukan kali pertama HMI ricuh di kongres. Pada era Reformasi, hampir setiap kongres HMI diwarnai kericuhan dan kerusuhan. Penyebabnya beragam, mulai dari yang sepele semisal tidak difasilitasi tempat mondok oleh panitia, tidak dipenuhi tuntutannya, hingga buntut dari perdebatan ideologis terkait arah organisasi. 

Ketua Umum PB HMI periode 1979-1981 Abdullah Hehamahua HMI kerap ricuh di internal lantaran terperosok terlalu dalam ke dunia politik praktis. Selain itu, kader-kader HMI juga dipengaruhi oleh para senior yang punya kepentingan menyetir organisasi tersebut.

"Era reformasi menghasilkan banyak parpol yang juga liberal, kapitalistik, dan pragmatis. Hasilnya, budaya KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme) subur sehingga mahasiswa, termasuk HMI, juga ketularan budaya KKN. Budaya KKN tersebut mencolok setiap ada kongres HMI karena alumni HMI yang ada di parpol atau kementerian," ujarnya kepada Alinea.id, Sabtu (3/4).