Matinya para pakar

Maraknya media online ‘dadakan’ dibarengi semakin murahnya smartphone, membuat banyak orang awam tiba-tiba saja merasa menjadi pakar

Seorang anak teman kakak saya, pulang ke tanah air setelah lulus dari satu kampus teknik top di Jerman. Dia disambut ayahnya dengan pertanyaan sederhana, “Apa yang engkau dapatkan di sana?”

“Saya bisa membuat gelas minum Pa,” ujarnya dengan antusiasme tinggi khas fresh graduate.

Kebanggaannya langsung sirna saat ayahnya menjawab sinis, “Kalau kuliah jauh-jauh ke Jerman hanya bisa membuat gelas, ya percuma. Gelas di dapur banyak. Tidak perlu beli. Hadiah sabun cuci!”

Kisah ‘skak mat’ di atas pernah saya baca juga. Seorang mahasiwa dengan gagahnya masuk sebuah taksi.

“Kok happy sekali?” tanya sopir taksi itu.