Paradigma berbagi sektor transportasi publik

Pada paradigma sharing, akses menjadi lebih penting daripada kepemilikan. Akses juga memungkinkan secara bersama berbagi pemakaian.

dok. Rahmat Yananda

* Pakar Perkotaan dan City Branding

Paradigma sharing dapat menjadi rujukan pengaturan transportasi daring di perkotaan. Kota dengan kepadatan orang dan aktivitas hanya dapat berjalan berkesinambungan jika mampu menyelenggarakan kehidupan secara bersama-sama. Paradigma sharing yang didukung teknologi membuatnya lebih efisien dengan jangkauan lebih luas.

Paradigma sharing adalah kumpulan konsep, yang sebagian pernah ada dan menguat kembali, semenjak internet menjadi infrastruktur penting di berbagai sektor kehidupan. Internet menyebabkan informasi menjadi elemen penting di bidang ekonomi, kemudian melahirkan sejumlah konsep seperti acces economy, circular economy, collaborative consumption, collaborative economy, gift economy, gig economy, on demand economy, peer economy, rental economy, dan sharing economy (Ratchel Botsman, 2015).  

Dalam paradigma sharing, berbagi dilakukan dalam bentuk barang, jasa dan aktivitas antara individu, kelompok dan publik (Duncan McLaren dan Julian Agyeman, 2015: MIT). Sharing dapat berorientasi profit dan nonprofit. Teknologi informasi dan komunikasi dengan kemampuan jangkauannya mengoptimalkan sharing menjadi murah dan efisien.

Dalam paradigma sharing, pemakaian barang dimaksimalkan untuk menghindari ketidakterpakaian. Kendaraan yang terparkir (idle) dianggap tidak maksimal pemakaiannya, dapat dimanfaatkan pihak lain. Seseorang tidak perlu memiliki kendaraan selama dapat memanfaatkan kendaraan lain atau fungsi dari kendaraan.