Demokrasi makin tergerus digerogoti ancaman UU ITE

Santi menyebutkan bahwa pandemi memperparah banjir informasi. Orang-orang kemudian tidak tahu lagi harus percaya pada apa dan siapa.

ilustrasi. Istimewa

Demokrasi di Indonesia sedang menghadapi ujian yang cukup serius. Kemudahan akses internet membuat setiap orang bisa menjadi pemroduksi sekaligus distributor informasi. Sayangnya, mayoritas informasi yang tersebar tersebut tidak terverifikasi dengan baik.

"Jadi, orang membagikannya hanya karena suka, hanya karena merasa cocok dengan dirinya, merasa sesuai dengan keyakinan atau imannya ataupun karena tidak suka atau kebencian dengan orang lain atau kelompok yang berbeda dengannya," kata Fransisca Ria Susanti, Deputi Program Perhimpunan Pengembangan Media Nusantara (PPMN), sebuah organ nirlaba.

Santi menyebutkan bahwa pandemi memperparah banjir informasi. Orang-orang kemudian tidak tahu lagi harus percaya pada apa dan siapa. Yang menjadi dampaknya juga media massa yang kredibel, independen, jurnalis yang paling berintegritas sekalipun, itu kadang-kadang tidak lagi dipercaya oleh publik.

"Ironisnya, apa yang dilakukan oleh negara untuk menghadapi banjir informasi dan berita yang tidak terverifikasi ini, disadari atau tidak, berdampak pada pemberangusan kebebasan bicara dan berpendapat," tegasnya.

Menurut Santi, serangan pada aktivis demokrasi dan jurnalis yang makin intens terjadi akhir-akhir ini membuat kita mulai waswas dengan kondisi demokrasi. Penetapan tersangka pada Haris Azhar dan Fatia Maulidiyanti meningkatkan kekhawatiran kita.