Jurnalisme di masa depan dari proyeksi Sreenivasan dan Lavrusik

Jurnalis masa depan mengemban tanggung jawab yang lebih dari sekadar agen

ilustrasi. Istimewa

Ihwal proyeksi yang akan dihadapi oleh jurnalis di masa depan telah dipaparkan Grace Kezia, Junior Interior Designer di NATA Design Studio, yang menempuh studi di Universitas Pelita Harapan (UPH).

Gambaran ini dikembangkan dari teori Sree Sreenivasan dan Vadim Lavrusik.

Pertama, jurnalis tra-digital. Istilah tra-digital berasal dari gabungan antara "tradisonal" dan "digital". Jurnalis di masa depan harus memiliki kemampuan-kemampuan dan nilai-nilai dasar. Jurnalis tradisional yang dilapisi teknologi digital, tidak hanya memiliki kemampuan untuk mengoperasikan teknologi digital, namun juga berpikir secara digital.

"Artinya, saat beradaptasi dengan teknologi tidak membuat jurnalis mengesampingkan dasar-dasar jurnalistik tradisional," papar Grace dalam tayangan di kanal Youtubenya, Kamis (17/3).

Kedua, pencerita multimedia (multimedia storytelling). Jurnalis perlu kemampuan dan pola pikir digital yang canggih dalam menyampaikan berita, terutama dalam hal menyusun kata-kata, mengatur tampilan visual, video, dan grafik yang interaktif, sehingga cakupan pekerjaan jurnalis di masa depan cukup luas. "Tidak sekadar menulis berita, tetapi juga melakukan produksi multimedia," kata Grace.