Mantan anggota Dewan Pers Myanmar: Melakukan protes adalah jalan keluar bagi kami

Myint kini masih tetap aktif sebagai instruktur kepala di Myanmar Journalism Institute.

Myint Kyaw

Kudeta di Myanmar dimulai pada pagi hari tanggal 1 Februari 2021, ketika anggota partai berkuasa yang dipilih secara demokratis, Liga Nasional untuk Demokrasi, digulingkan oleh Tatmadaw — militer Myanmar — yang kemudian memberikan kekuasaan dalam stratokrasi atau bentuk pemerintahan yang dipimpin oleh kepala militer.

Sejak kudeta 1 Februari, setidaknya 1.031 orang telah dibunuh oleh militer Myanmar menurut liputan Wa Lone, Poppy McPherson, Aditi Bhandari, dan Shoon Naing yang dipublikasikan Reuters, Jumat (27/8).

Alinea.id mewawancarai Myint Kyaw secara virtual pada Senin (30/8). Dari mantan anggota Dewan Pers Myanmar ini bisa disimak opini tentang situasi terkini di negeri yang dulu bernama Burma. Myint kini masih tetap aktif sebagai instruktur kepala di Myanmar Journalism Institute.

Dari salah satu jawabannya, dia bahkan masih ingat persis Pemberontakan 8888 yang dimulai oleh mahasiswa di Yangon (Rangoon) pada tanggal 8 Agustus 1988. Ribuan kematian sejak itu telah dikaitkan dengan militer selama pemberontakan ini, sementara pihak berwenang di Burma menyebutkan angka sekitar 350 orang tewas. Selama krisis tersebut, Aung San Suu Kyi muncul sebagai ikon nasional.

Pandangan Myint Kyaw terhadap perkembangan keadaan sejak kepemimpinan Aung San Suu Kyi dan kawan-kawan yang pro-demokrasi ditumbangkan militer di awal Februari lalu, sudah direkam melalui saluran yang aman, berikut ini: