Badan Geologi hadapi kendala petakan kawasan rawan bencana di Sulteng

Luasnya area dan masih terbatasnya pengetahuan dalam likuifaksi membuat proses pemetaan membutuhkan waktu lebih lama.

Tampak suasana hari kedelapan dilokasi gempa yang berlanjut pada pergerakan atau pencairan tanah (likuifaksi) yang mengakibatkan rumah roboh dan tenggelam di Kelurahan Petobo, Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (6/10)./Antara Foto

Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), masih berusaha memetakan kawasan rawan gempa, tsunami, dan likuifaksi di Sulawesi Tengah (Sulteng). Proses pemetaan diperkirakan baru akan rampung dalam tiga pekan ke depan.

Proses pemetaan ini merupakan bagian tahapan rekonstruksi dan rehabilitasi, pascabencana yang terjadi di Palu dan Donggala.

"Tingkat kedetailannya sedang kita kembangkan karena sebuah pemetaan itu harus dilihat dari berbagi aspek," jelas Sekretaris Badan Geologi Kementerian ESDM, Antonius Purbo, di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), di Jakarta, Rabu (10/10).

Purbo mengatakan, kendala terbesar yang dihadapi saat ini, ada di pemetaan kawasan dengan potensi likuifaksi, dikarenakan daerah bencana yang luas dan memerlukan perincian. Pemetaan ini akan membantu Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR) dalam menentukan daerah layak huni tetap (huntap), maupun hunian sementara (huntara).

"Kita tidak bisa melakukan rekomendasi berdasarkan gambaran kasar. Sekarang kita sedang dalam rangka mendetailkan peta likuifaksi Palu 2012, yang masih kurang detail," lanjutnya.