Bahaya ikutan gempa Pasaman, retakan tanah hingga likuefaksi

Masyarakat diminta mewaspadai bahaya ikutan gempa bumi dengan magnitudo (M) 6,2 di wilayah Sumatera Barat.

Dampak gempa yang terjadi di sejumlah wilayah Sumatera Barat pada Jumat pagi (25/2/2022). Foto dokumentasi BPBD Sumatera Barat.

Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Eko Budi Lelono meminta masyarakat mewaspadai bahaya ikutan pascagempa bumi dengan magnitudo (M) 6,2 di wilayah Sumatera Barat pada Jumat (25/2). Kejadian gempa bumi ini diperkirakan mengakibatkan terjadinya bahaya ikutan berupa retakan tanah, penurunan tanah, gerakan tanah, dan likuefaksi.

“Lokasi pusat gempa bumi terletak di utara Gunung Talamau, berjarak sekitar 17,5 km timur laut Simpang Ampek, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat, dengan M6,2 pada kedalaman 10 km," ujar Eko, dalam keterangan resmi, Sabtu (26/2).

Eko mengatakan likuefaksi dapat terjadi khususnya di daerah dataran dan sedikit landai. Pada umumnya, kerentanan likuefaksi adalah sedang. Artinya, zona kerentanan yang dapat mengalami likuefaksi secara tidak merata dan struktur tanah umumnya rusak, tipe kerusakan struktur tanah yang terjadi berupa pergeseran lateral, penurunan tanah, dan semburan pasir.

"Secara umum, beberapa daerah yang mengalami kerusakan tanah fondasi intensif yaitu sepanjang pantai, bantaran sungai. dan dataran yang memiliki kedalaman muka air tanah yang dangkal kurang dari 10 meter," ujarnya.

Berdasarkan informasi, akibat rentetan gempa yang mengguncang Pasaman dan Pasaman Barat, telah terjadi fenomena tanah bergerak. Fenomena ini terjadi di kawasan Malampah, Kecamatan Tigo Nagari, Pasaman.