BMKG: Laju penipisan "salju abadi" di Puncak Jaya kian cepat

Laju penipisan es sebesar 1 m/tahun terjadi rentang 2010-2015, sedangkan pada 2015-2016 saat El Nino mencapai 5 m/tahun.

BMKG menyebut laju penipisan "salju abadi" di Puncak Jaya atau "Piramida Cartenz" kian cepat.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, menyebut, kondisi "salju abadi" atau tutupan es di Puncak Jaya, Papua, semakin mengkhawatirkan. Salju terus mengalami pencairan akibat perubahan iklim.

Fenomena El Nino yang terjadi tahun ini, kata Dwikorita, berpotensi turut mempercepat kepunahan tutupan es di Puncak Jaya atau "Piramida Cartenz". Menurut mantan Rektor UGM itu, realitas ini berdampak besar bagi berbagai aspek kehidupan setempat.

"Ekosistem di sekitar salju abadi menjadi rentan dan terancam. Perubahan iklim juga berdampak pada kehidupan masyarakat adat setempat yang bergantung pada keseimbangan lingkungan dan sumber daya alam (SDA) di wilayah itu," kata Dwikorita saat diskusi bertajuk "Salju Abadi Menjelang Kepunahan: Dampak Perubahan Iklim?".

Dwikorita menerangkan, melansir laman BMKG, Indonesia menjadi salah satu lokasi unik di wilayah tropis karena memiliki salju abadi. Salju abadi di Puncak Jaya, kata dia, adalah keajaiban alam yang menarik banyak perhatian ilmuwan, peneliti, serta pecinta alam. Namun, dilaporkan terjadi penurunan drastis luas area salju abadi tersebut dalam beberapa dekade terakhir.

Sejak 2010, kata Dwikorita, Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG bersama Ohio State University, Amerika Serikat, melakukan studi tentang analisis paleo-klimatologi berdasarkan inti es (ice core) pada gletser Puncak Jaya.