Jargon usang cinta produk Indonesia dari Sukarno hingga Jokowi

Sejak zaman pemerintahan Sukarno, pemerintah kerap menggaungkan cinta produk Indonesia. Namun, realitanya jauh panggang dari api.

Ilustrasi produk Indonesia. Alinea.id/Bagus Priyo.

Dalam pembukaan Rapat Kerja Nasional Kementerian Perdagangan tahun 2021 di Istana Negara, Jakarta, Kamis (4/3), Presiden Joko Widodo atau Jokowi menginginkan Kementerian Perdagangan (Kemendag) punya strategi yang pas untuk mengembangkan pasar produk nasional. Salah satunya dengan mendukung program “Bangga Buatan Indonesia”.

“Ajakan untuk cinta produk Indonesia harus terus digaungkan. Gaungkan juga benci produk dari luar negeri. Jadi, cinta barang kita, tapi benci produk luar negeri,” ujar Jokowi.

Ia mengatakan, dengan jumlah penduduk 270 juta, Indonesia merupakan pasar yang potensial. Ia berharap, slogan cinta produk dalam negeri dan benci produk luar negeri bisa menjadikan masyarakat Indonesia konsumen paling loyal terhadap hasil buatan domestik.

Berdikari ala Sukarno

Setelah kemerdekaan, produk luar negeri mulai muncul di Indonesia. Pada 1950-an, barang-barang impor itu datang memenuhi kebutuhan rumah tangga dan perkantoran. Firman Lubis dalam bukunya Jakarta 1950-1970 (2018) menulis, pada 1950-an lemari es sudah dikenal di Jakarta. Mesin pendingin itu produksi General Elecric merek Frigidaire asal dari Amerika Serikat.