Densus 88: Afghanistan jadi training ground kelompok teror di Indonesia

Menurut data Densus 88, terdapat lebih dari 10 gelombang WNI yang berangkat ke Afghanistan.

Densus 88 Antiteror Mabes Polri saat menangkap terduga teroris/Foto Humas Polri

Kepala Bagian (Kabag) Bantuan Operasi Densus 88 Kombes Pol Aswin Siregar menyatakan, Afghanistan telah dianggap sebagai semacam tempat pelatihan atau training ground bagi para kelompok teroris yang beraksi di Indonesia.

Aswin menjelaskan, awalnya konflik di Afghanistan sekitar tahun 1970-an memicu datangnya para pejuang ke sana dari seluruh dunia, termasuk para warga negara Indonesia (WNI).

"Sampai di sana, mereka mengalami proses brainwash, membangun jaringan, kenal satu sama lain, kemudian melatih dan melengkapi diri dengan persenjataan yang ada," ungkapnya dalam diskusi Alinea Forum 'Potensi Terorisme di Indonesia Pascakemenangan Taliban' pada Senin (30/8).

Menurut data Densus 88, terdapat lebih dari 10 gelombang WNI yang berangkat ke Afghanistan. "Setelah itu mereka berlatih di sana, Afghanistan telah menjadi training ground bagi mereka, tempat berlatih dan berperang," lanjutnya.

Kemudian, setelah selesai berlatih, Aswin mengatakan bahwa para pejuang kembali ke Indonesia dan melakukan berbagai aksi teror, di antaranya seperti peristiwa bom malam Natal di beberapa gereja pada 2000, keterlibatan dalam konflik Ambon-Poso, bom Bali I pada 2002, bom di Hotel JW Marriot pada 2003, bom Kedutaan Besar Australia pada 2004, bom Bali II pada 2005, serta bom JW Marriot dan Ritz Carlton pada 2009.