Insiden penembakan 6 laskar FPI dianggap merusak citra Polri

Versi polisi, mobil anggota Polda Metro Jaya tengah mengikuti kendaraan HRS tiba-tiba disetop kendaraan pengikut HRS.

Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKS Netty Prasetiyani Aher.Foto pks.id.

Insiden penembakan enam laskar Front Pembela Islam (FPI) oleh anggota polisi saat mengawal Habib Rizieq Shihab ke pengajian subuh internal keluarga, Senin (7/12) dini hari, dianggap pelanggaran HAM berat dan merusak citra Korps Bhayangkara.

"Aparat harus mengutamakan cara persuasif dalam penanganan setiap kejadian. Jika diukur sebagai ancaman, bukankah ada prosedur melumpuhkan tanpa harus menembak mati? Mereka toh tidak dalam pengejaran sebagai teroris. Ini pelanggaran HAM serius yang dapat merusak citra kepolisian," kata Ketua DPP PKS Netty Prasetiyani Aher, dalam keterangannya, Rabu (9/12).

Dia meminta negara untuk menyampaikan kabar duka kepada keluarga korban secara terbuka dan transparan. Tujuannya, untuk memberikan pemahaman yang jujur bagi keluarga duka. Pasalnya, para korban masih terbilang muda.

"Tentu mengenaskan bagi keluarga mereka untuk menerima kematian dengan cara seperti itu. Sebagai seorang Ibu, saya dapat membayangkan bagaimana perasaan Ibu atau keluarga mereka. Jadi, negara harus memberikan penjelasan yang transparan dan jujur kepada keluarga almarhum," kata Netty. 

Selain itu, Netty juga meminta kasus tersebut dapat diselesaikan secara transparan. Pasalnya, dia merasa terdapat banyak kejanggalan dari insiden tersebut. "Misalnya, kenapa kejadian ini berbarengan dengan matinya CCTV di sekitar lokasi? Apalagi di media sosial beredar cerita kejadian dengan versi berbeda," tambah Netty.