Isu taliban di KPK, eks pimpinan: Radikalisme politik buzzer

Isu taliban di KPK semakin isapan jempol karena dari 75 pegawai dinyatakan gagal TWK, delapan di antaranya beragama Nasrani dan Buddha.

Mantan Komisioner KPK Busyro Muqoddas/Foto Dokumentasi Muhammadiyah.

Mantan komisioner Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Busyro Muqoddas, berpendapat isu adanya taliban di lembaga antisuap merupakan radikalisme politik yang dilakukan para pendengung. Busyro menyebutnya sebagai imperium-imperium buzzer.

Menurut dia, selama di komisi antikorupsi tidak pernah ditemukan fanatisme agama apa pun. Di sisi lain, isu taliban di KPK semakin jadi isapan jempol karena dari 75 pegawai yang dinyatakan gagal tes wawasan kebangsaan (TWK), delapan di antaranya beragama Nasrani dan Buddha.

"Fakta ini menunjukkan bahwa isu taliban sama sekali memang tidak pernah ada. Justru isu itu membuktikan adanya radikalisme politik, radikalisme yang dilakukan oleh imperium-imperium buzzer yang selalu mengotori perjalanan nilai-nilai keutamaan bangsa ini," jelasnya dalam konferensi pers virtual, Jumat (7/5).

Terlepas dari hoaks politik isu taliban di KPK, Busyro mengajak semua pihak untuk menyelamatkan lembaga antikorupsi. Dia mengatakan, 75 pegawai yang dikategorikan tidak memenuhi syarat menjadi aparatur sipil negara atau ASN itu perlu didorong untuk dipertahankan.

"Kita dorong jangan sampai 75 pegawai KPK itu dipaksa mundur dengan dalih apa pun juga. Karena TWK itu tidak memiliki legitimasi moral, legitimasi akademis, maupun metodologi," ucapnya.