Kapolri: Ada duit Rp6 juta di kantong provokator

Menurut Kapolri Jenderal Tito Karnavian, mayoritas perusuh dan provokator adalah anak-anak muda.

Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian (tengah) disaksikan Menko Polhukam Wiranto (kiri) dan Kepala KSP Moeldoko (kanan) menunjukkan barang bukti senjata api saat menyampaikan konferensi pers perkembangan pascakerusuhan di Jakarta dini hari tadi, di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Rabu (22/5). /Antara Foto

Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan para provokator yang menunggangi aksi 22 Mei rata-rata merupakan anak muda yang dibayar. Menurut Tito, dari salah satu provokator yang telah diamankan, polisi menemukan duit sebesar Rp6 juta. 

"Yang diamankan ini, kami lihat, termasuk yang di depan Bawaslu, ditemukan pada mereka amplop berisikan uang. Totalnya hampir Rp6 juta yang terpisah amplop-amplopnya. Mereka mengaku ada yang bayar," kata Tito dalam konferensi pers di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Rabu (22/5).

Menurut Tito, ada dua kategori massa dalam aksi unjuk rasa 21 dan 22 Mei. Pertama, kelompok aksi damai yang mayoritas berunjuk rasa di depan Gedung Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI. "Lalu kemudian, ada aksi anarkis oleh sekelompok orang yang menyerang dan sengaja untuk menciptakan kerusuhan," jelas dia. 

Tito mengimbau masyarakat tidak mudah terprovokasi oleh isu-isu sumir yang berkembang. Ia menegaskan, kepolisian menghormati ekspresi damai para pengunjuk rasa dan tidak sewenang-wenang membubarkan aksi. 

"Ada upaya provokasi dan men-setting itu untuk menciptakan martir dan sehingga kemudian membangun kemarahan publik," ucap Tito.