Kecewa, anak-anak di Nduga berpotensi gabung separatis

Ada ribuan anak-anak di Nduga yang saat ini tak bisa sekolah karena konflik berkepanjangan.

Sejumlah prajurit TNI bersiap melakukan oeprasi penyerangan terhadap KKSB. Antara Foto

Direktur Yayasan Teratai Hati Papua, Pater Jhon Jongga, mengatakan anak-anak di Kabupaten Nduga, Provinsi Papua, yang menjadi korban konflik berpotensi bergabung dengan Kelompok Kriminal Sipil Bersenjata (KKSB). Penyebabnya, ada rasa kecewa karena pemerintah atau negara tak memperhatikan mereka.

Pater menuturkan, kondisi anak-anak di Kabupaten Nduga, Papua, saat ini sangat memprihatinkan. Ada ribuan anak-anak Nduga yang saat ini tidak sekolah. Sementara yang sekolah dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) hanya berjumlah 840 orang. Itu setelah mereka dikumpulkan di Wamena. 

“Anak anak Nduga yang kami kumpulkan di Wamena, itu yang sekolah dari Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) itu 840-an. Sementara kalau anak-anak yang tidak sekolah itu ada ribuan,” kata Pater dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (14/8).

Ia khawatir, kondisi anak-anak Nduga yang seperti itu membuat mereka bergabung dalam kelompok yang dianggap separatis. Pada akhirnya, hal ini akan membahayakan negara dan masyarakat Papua lainnya.

“Kelompok-kelompok ini akan berani mati untuk mempejuangkan (Papua) karena ada kekecewaan, ada macam-macam, (misalnya) melihat orang tua mereka yang disiksa,” ucapnya.